Bismillah...
Apa kabar, kawan-kawan? Semoga selalu sehat yaaaaa J
Pernahkah kamu merasakan bahwa dunia ini sangat
menyesakkan? Seperti tak ada ujungnya? I have ever on that state. Nggak nyaman
sekali. Tapi mungkin itulah bagian dari proses. Semoga sebuah proses yang mendewasakan,
yang membuat hati semakin kuat ya! Pernah denger kata-kata ini kan, “What doesn’t
kill you make you stronger.” By the way, pas barusan aku cari di mbah
Google, aku baru menyadari kalau itu tuh bagian dari lirik lagunya Kelly
Clarkson - Stronger (What Doesn't Kill You). Wehehe, maaf agak kudet ya
aku mah.
Aku tuh sering banget kepikiran,
“Enak kayaknya ya kalau cerita sama orang, tapi yang dia
nggak kenal sama sekali dengan kita. Jadi pasti bakalan no judge, lebih objektif.”
Wess.. ntar ada yang berkomentar dalam hati,
“Kan ada Allah, wits. Kenapa musti cerita ke orang sih?”
Yep pastinya, Allah itu udah jadi tempat bercerita,
mengadu dan meminta no satu sejagat raya. Orang-orang mungkin melihatku sebagai
seorang ekstrovert yang memiliki banyak teman, sehingga kalau mau cerita, ya
tinggal cerita aja gitu. Big no! Salah banget. Karena aku termasuk orang
yang memiliki insecurity nya tinggi. Entah kenapa. Aku selalu mikir dulu,
“Kalau aku cerita ke dia nggak apa-apa gitu ya?”
“Apa ya nanti dampaknya? Apa dia bakalan nge-judge
aku abis-abisan?”
Jadi aku menjunjung kenyamanan. Harapannya setelah cerita
tuh nggak ada efek sampingnya, gitu loh hehe. Entah mungkin ada traumatik dibawah
alam sadarku juga. Wallahu alam. Catatan: Hopefully kalau nanti sudah memiliki
pasangan mah bisa seterbuka mungkin lah ya, inshaaAllah. Hihihi. (karena aku
sering banget dikasih nasihat oleh temen tentang ini)
Jika
terdapat genangan air, lama-lama pasti keruh. Beda ceritanya kalau airnya
mengalir, mungkin nggak ada jaminan juga airnya bakalan bersih dan jernih, tapi
setidaknya ada possibility dia bakalan bisa jadi air yang jernih dan bermanfaat. Ngerti kan
analoginya? Jadi sebenernya disini aku hanya ingin menekankan bahwa, kalian,
sebagai pendengar (bukan subjek yang merasa masalah yang harus diceritakan),
“Kamu
tidak dituntut untuk dapat meyelesaikan masalah semua orang. Tapi, setidaknya
kamu masih memiliki telinga untuk menjadi pendengar yang baik ATAU kesempatan
untuk memberikan ‘positive words’.”
It’s
really fine! ‘Positive words’
nya itu dapat berbentuk apresiasi. Apresiasi karena ia mampu bertahan hingga mencapai
level tersebut. Itu tuh bener-bener melegakan ketika mendengarnya dan terasa
meringankan sedikit beban yang ada di pundak. Tapi memang perlu diperhatikan pula,
jangan sampai kata-kata yang kamu berikan tuh toxic positivity. Mungkin kalimat tersebut buat kamu biasa aja, tanpa disangka itu bisa memberikan dampak yang sangat besar untuk orang yang membutuhkan support seperti itu.
(Terharu mengingat positive words yang diberikan orang kepadaku, makasih!)
Terima Kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Kritik dan saran bisa dilampirkan J
Mohon maaf
jika banyak kesalahan dalam penulisan.
0 komentar:
Post a Comment
Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih