*

Pages

Wednesday 29 April 2020

[Book Review] I am Sarahza


Judul Buku          :    I am Sarahza
Penulis                 :    Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit               :    Republika
Tahun                  :    September 2018 (Cetakan keempat)
Jumlah Halaman  :    368 hlm.




Dari alam rahim, aku menyaksikan bagaimana kedua orangtuaku jatuh bangun memperolehku. Melewati puluhan terapi, menghadapi ratusan jarum suntik, sayatan pisau operasi, berkali inseminasi, dan gagal bayi tabung, bahkan sampai menuai badai depresi.

Meski segala ilmu manusia akhirnya bertekuk lutut pada Pencipta Ilmu Segala Ilmu, kedua orangtuaku tak menyerah. Bahkan setelah ibu menjadi ‘tak sempurna’ karena upayanya.

Tahukah apa yang membuat Pencipta bisa luluh pada hamba-Nya? Dengan segala usaha dan penyerahan diri sepenuhnya, takdirku ke dunia dihantarkan oleh ribuan malaikat yang bersujud pada manusia-manusia yang sabar dan berupaya.

Inilah kisahku. I am Sarahza.
--------

I am Sarahza merupakan sebuah buku yang berisi kisah perjalanan panjang sepasang suami istri demi mencapai ‘kesempurnaan’ seorang orangtua, yakni memperoleh buah hati.
Adapun daftar isi dari buku ini adalah sebagai berikut:



  • Overture
  • Tahun Pertama Pernikahan
  • Tahun Kedua Pernikahan
  • Tahun Ketiga Pernikahan
  • Tahun Keempat Pernikahan
  • Tahun Kelima Pernikahan
  • Tahun Keenam Pernikahan
  • Tahun Ketujuh Pernikahan
  • Tahun Kedelapan Pernikahan
  • Tahun Kesembilan Pernikahan
  • Tahun Kesepuluh Pernikahan
  • Tahun Kesebelas Pernikahan
  • Epilog


QUOTES

“Aku yakin, seorang calon manusia yang dituliskan di Lauhul Mahfuzh tengah menanti ditempatkan dalam rahimmu. Aku hanya punya keyakinan yang terus kupelihara!” – hlm. 7

“Suamimu bilang ingin nemenin kamu cek darah. Katanya hari ini untuk cek darah rutin, kalau nanti kamu diambil darah lagi, dia akan cek darah untuk kolesterol, lalu untuk asam urat.....” – hlm. 95

Dadu itu kotak, bola itu bundar.
Probabilitas dadu bisa diprediksi dengan mudah, tapi tidak halnya dengan bola yang bundar.  Semua kemugkinan bisa terjadi. Bola itu bundar, sama bundarnya dengan sel telur dan inti sel sperma. Apakah rekayasa manusia lewat inseminasi ini bisa diprediksi secara sempurna? Aku tak perlu menjawabnya. Karena pusat kesempurnaan adalah milik Allah. – hlm. 99

Menulis itu menyembuhkan. – hlm. 115

“Suamiku berusaha mengadang ribuan anak panah yang berhamburan di belakangku selama ini?” - hlm.128

Ia tak boleh kalah oleh waktu. Bahkan ketika waktu terpaksa mengkhianatinya untuk menguji keteguhannya. Ia masih memiliki Rangga. – hlm. 129

Dariku: Tidak semua dapat di-quote, tetapi dengan membaca seluruh isinya membuat kita dapat memahami dan mengambil hikmah-hikmahnya.


PERSPEKTIF SAYA

MashaaAllah. Ini adalah kata yang dapat saya lontarkan saat ini.

Pertama kali saya mengenal karya pasangan tersebut adalah dari buku yang diangkat ke layar lebar. Ya, 99 Cahaya di Langit Eropa. Sekali menonton filmnya membuat saya berdecak kagum. “Mereka penulis berkualitas”, ujar saya. Saya yang jatuh cinta pada tontonan pertama, membuat saya penasaran ingin membaca buku-bukunya. Kemudian, lahirlah buku ini. Nuansa yang dihadirkan kali ini cukup berbeda dari dua karya dari sejoli ini yang telah saya baca (99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika). Saya agak curiga. Dari cover bukunya pun terlihat jelas, bahwa cerita yang akan ditampilkan 180˚ berbeda. Membuat saya semakin penasaran. Meski sinopsisnya sudah berseliweran di jagat maya dan saya telah mengetahui garis besar ceritanya bagaimana.

Cukup mencengangkan! Baru saja membaca halaman pertama berhasil membuat air mata ini merembes, mengalir deras. Sakit hati turut menghujam sukma. Kisah yang disuguhkan cukup berliku. Tapi dari membaca buku ini semakin menyadarkan saya, bahwa pada hakikatnya seperti itulah pernikahan. Saling menyeimbangkan. Di kala yang satu dirundung kesedihan, bagaimana respon pasangannya agar mampu menghibur belahan jiwanya tersebut. Tidak saya ragukan, benar-benar banyak sekali hikmah yang saya pelajari dari buku ini. Sedia tisu sebelum membaca ya! Banjir air mata sekaliiii! MashaaAllah.

Hats off untuk pasangan ini. Mbak Hanum, yang dengan tegarnya melawan ketakutan-ketakutannya, dan selalu berusaha untuk bangkit dan bangkit lagi. Mas Rangga, seorang pasangan yang benar-benar supportif, jenaka dan menjaga agar perasaan sang belahan jiwanya senantiasa bahagia. Semoga dengan hadirnya buku ini dapat menguatkan Hanum-Hanum lainnya dan menciptakan pria-pria tangguh nan suportif seperti mas Rangga, di kala Hanumnya membutuhkan bahu untuk bersandar dan menangis, ia tiba tanpa diminta. Belum lagi pertemuan pertama mereka yang luar biasa. Kesan pertama yang benar mengesankan bagi para pembacanya.

Jangan pula setelah membaca buku ini berharap memiliki pasangan bagai mas Rangga maupun mbak Hanum, jika kamu bahkan tidak mau menerima dan melewati kenyataan yang tak mudah seperti yang telah mereka lalui. Jangan lantas meningkatkan standar pasangan yang ingin dimiliki ya, tapi tinggikanlah standar dan kualitas diri agar senantiasa siap dan mampu menjalani bahtera rumah tangga yang bahkan lamanya melebihi waktu kita tinggal bersama kedua orangtua.

Highly recommended!

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih

Search in This Blog

Pesan untuk Penulis

Name

Email *

Message *

Archives

Another Blog

Blog Archive

Tulisan Terbaru!

Witsqa Masak: Yumurtali Patates

DISCLAIMER!  Witsqa Masak merupakan kumpulan resep yang terhitung berhasil untuk dipraktekkan oleh saya. Sumber resepnya sendiri bisa berasa...