Judul Buku : I am Sarahza
Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit : Republika
Tahun : September 2018 (Cetakan keempat)
Jumlah Halaman : 368 hlm.
Dari
alam rahim, aku menyaksikan bagaimana kedua orangtuaku jatuh bangun
memperolehku. Melewati puluhan terapi, menghadapi ratusan jarum suntik, sayatan
pisau operasi, berkali inseminasi, dan gagal bayi tabung, bahkan sampai menuai
badai depresi.
Meski
segala ilmu manusia akhirnya bertekuk lutut pada Pencipta Ilmu Segala Ilmu,
kedua orangtuaku tak menyerah. Bahkan setelah ibu menjadi ‘tak sempurna’ karena
upayanya.
Tahukah
apa yang membuat Pencipta bisa luluh pada hamba-Nya? Dengan segala usaha dan
penyerahan diri sepenuhnya, takdirku ke dunia dihantarkan oleh ribuan malaikat
yang bersujud pada manusia-manusia yang sabar dan berupaya.
Inilah
kisahku. I am Sarahza.
--------
I am Sarahza merupakan
sebuah buku yang berisi kisah perjalanan panjang sepasang suami istri demi
mencapai ‘kesempurnaan’ seorang orangtua, yakni memperoleh buah hati.
Adapun daftar isi dari
buku ini adalah sebagai berikut:
- Overture
- Tahun
Pertama Pernikahan
- Tahun
Kedua Pernikahan
- Tahun
Ketiga Pernikahan
- Tahun
Keempat Pernikahan
- Tahun
Kelima Pernikahan
- Tahun
Keenam Pernikahan
- Tahun
Ketujuh Pernikahan
- Tahun
Kedelapan Pernikahan
- Tahun
Kesembilan Pernikahan
- Tahun
Kesepuluh Pernikahan
- Tahun
Kesebelas Pernikahan
- Epilog
QUOTES
“Aku yakin, seorang calon
manusia yang dituliskan di Lauhul Mahfuzh tengah menanti ditempatkan dalam
rahimmu. Aku hanya punya keyakinan yang terus kupelihara!” – hlm. 7
“Suamimu bilang ingin
nemenin kamu cek darah. Katanya hari ini untuk cek darah rutin, kalau nanti
kamu diambil darah lagi, dia akan cek darah untuk kolesterol, lalu untuk asam
urat.....” – hlm. 95
Dadu itu kotak, bola itu
bundar.
Probabilitas dadu bisa
diprediksi dengan mudah, tapi tidak halnya dengan bola yang bundar. Semua kemugkinan bisa terjadi. Bola itu
bundar, sama bundarnya dengan sel telur dan inti sel sperma. Apakah rekayasa
manusia lewat inseminasi ini bisa diprediksi secara sempurna? Aku tak perlu
menjawabnya. Karena pusat kesempurnaan adalah milik Allah. – hlm. 99
Menulis itu menyembuhkan.
– hlm. 115
“Suamiku berusaha
mengadang ribuan anak panah yang berhamburan di belakangku selama ini?” -
hlm.128
Ia tak boleh kalah oleh
waktu. Bahkan ketika waktu terpaksa mengkhianatinya untuk menguji keteguhannya.
Ia masih memiliki Rangga. – hlm. 129
Dariku:
Tidak semua dapat di-quote, tetapi dengan membaca seluruh isinya membuat
kita dapat memahami dan mengambil hikmah-hikmahnya.
PERSPEKTIF SAYA
MashaaAllah. Ini adalah
kata yang dapat saya lontarkan saat ini.
Pertama kali saya
mengenal karya pasangan tersebut adalah dari buku yang diangkat ke layar lebar.
Ya, 99 Cahaya di Langit Eropa. Sekali menonton filmnya membuat saya berdecak
kagum. “Mereka penulis berkualitas”, ujar saya. Saya yang jatuh cinta pada
tontonan pertama, membuat saya penasaran ingin membaca buku-bukunya. Kemudian,
lahirlah buku ini. Nuansa yang dihadirkan kali ini cukup berbeda dari dua karya dari sejoli ini yang telah saya baca (99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika). Saya
agak curiga. Dari cover bukunya pun terlihat jelas, bahwa cerita yang
akan ditampilkan 180˚ berbeda. Membuat saya semakin penasaran. Meski
sinopsisnya sudah berseliweran di jagat maya dan saya telah mengetahui garis
besar ceritanya bagaimana.
Cukup mencengangkan! Baru
saja membaca halaman pertama berhasil membuat air mata ini merembes, mengalir
deras. Sakit hati turut menghujam sukma. Kisah yang disuguhkan cukup berliku.
Tapi dari membaca buku ini semakin menyadarkan saya, bahwa pada hakikatnya
seperti itulah pernikahan. Saling menyeimbangkan. Di kala yang satu dirundung
kesedihan, bagaimana respon pasangannya agar mampu menghibur belahan jiwanya
tersebut. Tidak saya ragukan, benar-benar banyak sekali hikmah yang saya
pelajari dari buku ini. Sedia tisu sebelum membaca ya! Banjir air mata sekaliiii! MashaaAllah.
Hats off
untuk pasangan ini. Mbak Hanum, yang dengan tegarnya melawan
ketakutan-ketakutannya, dan selalu berusaha untuk bangkit dan bangkit lagi. Mas
Rangga, seorang pasangan yang benar-benar supportif, jenaka dan menjaga agar
perasaan sang belahan jiwanya senantiasa bahagia. Semoga dengan hadirnya buku
ini dapat menguatkan Hanum-Hanum lainnya dan menciptakan pria-pria tangguh nan
suportif seperti mas Rangga, di kala Hanumnya membutuhkan bahu untuk bersandar
dan menangis, ia tiba tanpa diminta. Belum lagi pertemuan pertama mereka yang
luar biasa. Kesan pertama yang benar mengesankan bagi para pembacanya.
Jangan pula setelah
membaca buku ini berharap memiliki pasangan bagai mas Rangga maupun mbak Hanum,
jika kamu bahkan tidak mau menerima dan melewati kenyataan yang tak mudah
seperti yang telah mereka lalui. Jangan lantas meningkatkan standar pasangan
yang ingin dimiliki ya, tapi tinggikanlah standar dan kualitas diri agar
senantiasa siap dan mampu menjalani bahtera rumah tangga yang bahkan lamanya
melebihi waktu kita tinggal bersama kedua orangtua.
Highly
recommended!
0 komentar:
Post a Comment
Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih