Tampilan Python |
Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendengar
kata ‘python’? Mungkin Anda sekalian akan berpikir bahwa itu adalah sebuah ular
sanca yang ukurannya sangat besar yang dapat ditemukan di beberapaa daerah di
Indonesia, bahkan python tersebut adalah ular yang sangat mengerikan karena
dapat menelan manusia dewasa bulat-bulat.
Yang sebenarnya ingin saya sampaikan disini adalah
mengenai python ‘yang lain’, yang pada awalnya memiliki tingkat mengerikan yang
sama tingginya. Namun, seiring berjalannya waktu berangsur-angsur menjadi hal
yang sangat menyenangkan dan meningkatkan rasa penasaran. Python adalah bahasa pemrograman
yang diciptakan oleh Guido van Rossum dan populer sebagai bahasa skripting dan pemrograman
Web. Merujuk pengertian dari Wikipedia, Python adalah bahasa pemrograman
interpretatif multiguna dengan filosofi perancangan yang berfokus pada tingkat
keterbacaan kode. (Wikipedia.co.id)
Masih ingat game 2048 kan? (Ini hasil karya orang lain ya, yang katanya membuat program ini ketika sedang bosan di kelas, such an amazing pal, right?) |
Berawal dari Fall
semester kemarin. Tepat saat saya menduduki semester ketiga saya di kampus,
namun semester kelima saya di Turki. Saat fall
semester kemarin saya dengan santainya memilih mata kuliah wajib yang harus
diambil, dan begitu melihat salah satu mata kuliah pilihan dari departemen saya
yang satu ini, tanpa ragu saya klik kanan pada tikus yang saya genggam, dan,
ya! İa akan menjadi pelajaran baru selama satu semester kedepan, pikir saya.
Introduction into
Programming. Saya adalah mahasiswi matematika yang merasa menemukan ketertarikan
di bidang komputer. Maka dari itu saya memilih mata kuliah pilihan tersebut.
Minggu pertama di kelas Introduction into Programming, terasa menyenangkan. Hanya saja saya
sedikit dibuat bingung oleh penciptaan algoritma-algoritma yang cantik itu. Logika
saya masih belum bisa bermain. Ah, bakalan belajar kok cara buat
algoritmanya.
Python adalah bahasa pemrograman yang akan kita pakai
saat itu. Saya yang sudah pernah mempelajari bahasa pemrograman Pascal ini
sedikit merasa yakin, bahwa mata kuliah ini tidak akan begitu sulit.
Program yang berhasil! -Dikerjakan bersama-sama sang Dosen- |
Realita ≠
Ekpektasi! Mata kuliah yang satu ini sangat menguras pikiran, tenaga, dan
waktu saya, sungguh! Direpotkan dengan tugas-tugas yang tak pernah dapat saya
selesaikan 100%. Seperti sesuatu yang tak berujung. Tapi, saya tak mau menyerah
begitu saja pada keadaan.
“Pedang yang tumpul tidak akan bisa memenangi sebuah
peperangan. Tetapi pedang yang terus diasah dengan kesabaran, hingga akhirnya
menjadi tajam, itulah yang akan memenangi peperangan.”
Melukis Pelangi, Catatan Hati Oki Setiana Dewi,
halaman 109
Saya pun terus belajar dan belajar, berlatih dan
berlatih. Midterm dipelupuk mata, hal
buruk terjadi. Satu kelas yang terdiri kurang dari dua puluh mahasiswa ini
membuat grup WhatsApp sejak pertama kali kami bergabung di kelas tersebut. Ketika
tiba waktu midterm, teman-teman
sejawat saya menyarankan kepada dosen, yang berhubung ada didalam grup tersebut
juga, untuk memberikan midterm dalam
bentuk tugas ber-deadline. Saya bingung,
entah harus setuju atau tidak. Hingga akhirnya, diputuskanlah sebuah tugas di minggu
terakhir sebelum midterm.
“Tidak boleh ada yang saling contek! Karena saya akan tahu.”,
begitu peringatannya.
Berhari-hari saya berkutat didepan laptop saya demi
menyelesaikan tugas ini. Dan berakhir dengan saya menginap dirumah kawan
sekelas saya dengan maksud berdiskusi atas tugas ini. Ada beberapa hal yang
belum dia selesaikan dan saya telah selesaikan. Begitupun sebaliknya. Kamipun berinisiatif
untuk saling barter bagian yang belum lengkap, meski dengan melakukan barter bukan
berarti tugas tersebut kami selesaikan 100%.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Bukan hanya tidak dapat
kami selesaikan secara sempurna, eh, dosennya malah memotong nilai kami berdua.
Karena kami dianggap saling mencontek. Pfff. Sayang seribu sayang. Semenjak hari
itu, kami mengerjakan tugas SELALU masing-masing, bertanya pun saling sungkan. How bad, isn’t it?
Sudah terbayang bukan bagaimana pilunya final exam nantinya. Dan, tidak jauh
berbeda. Awalnya kami dijadwalkan akan ujian akhir semester pada hari Kamis. Namun,
teman-teman saya, seperti biasa, menawar untuk diberikan dalam bentuk pekerjaan
rumah. Dan ya, dosen kami memberikan tugas dan dengan deadline hari minggunya. Saya sudah merasa tidak enak perasaan, deadline-nya terlalu lama. Dan itu akan
membuat saya berkutat dengan tugas terus-menerus, sedangkan saya masih memiliki
tiga buah ujian di minggu berikutnya. Yang beberapa catatannya belum sempat
saya baca dan pelajari ulang sama sekali. Saya dedikasikan hari kamis dan jum’at
saya seharian penuh hanya untuk menyelesaikan tugas tersebut. İngin menangis
rasanya, saya tak dapat menyelesaikannya. Bahkan untuk memulai saja saya kebingungan.
Hingga akhirnya saya mencari sebuah alternatif jawaban atas tugas saya tersebut.
Dan alternatif jawaban tersebut akan saya gunakan jika didetik terakhir saya
masih belum bisa menyelesaikannya.
Sabtu, H-1 deadline
tugas. Teman-teman saya mulai berkoar di grup atas sulitnya tugas yang
beliau berikan, dan ya. Tidak ada satupun diantara kami yang dapat
menyelesaikannya. Hingga sang dosen memutuskan untuk memberikan ujian yang sesungguhnya.
Tidak dalam bentuk tugas. Beliau memutuskan hari Senin akan dilaksanakan ujian
tersebut. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.
İngin rasanya saya berteriak kesal. Saya belum mempersiapkan ujian lainnya. Bagaimana
ini terjadi? Tetapi setidaknya kami menyelesaikan ujian pelajaran tersebut
dengan ’sedikit’ lebih lancar.
Terdengar seperti menggerutu, ya? Tapi tahukah kalian,
saya sempat merasa tidak puas dengan jurusan yang saya pilih, Matematika. Saya sempat
bepikir, “Mengapa saya tidak memilih jurusan yang lebih aplikatif, seperti
teknik komputer?”, yang bahkan sering saya munajatkan dalam do’a saya. Saya sangat
berterima kasih atas apa yang telah saya lalui, dan bagaimana Allah SWT mencoba
membukakan mata saya untuk bersyukur atas apa yang telah saya miliki saat ini. Jika
saya berada di jurusan teknik komputer, bagaimana jadinya saya nanti? Baru diberi
sebuah mata kuliah yang mengharuskan untuk terus dan terus berkutat didepan
layar komputer saja saya sudah seperti orang kebakaran janggut. Apalagi jika
saya tercebur kedalam jurusan tersebut? Allah memang Maha Pengasih.
Alhamdulillah. Tapi, bagaimanapun juga, saya tetap menyukai python! :D
“Barangsiapa yang tidak tahan dengan
lelahnya belajar, maka bersiaplah untuk merasakan perihnya kebodohan.”
Imam Syafi’i
0 komentar:
Post a Comment
Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih