“Nandaaaaa…… udah siap belum?”, teriak Ibu
dari dalam mobil sedan butut yang sedang dipanaskan mesinnya.
“Iya buuuu.. tunggu sebentar.”, ujarku
sembari memasukkan sebuah kaset kedalam tas mungilku.
Aku Nanda, aku berusia…….hm…berapa tahun
ya? Pokoknya aku baru kelas 3 SD. Hari ini adalah hari yang paling istimewa
bagiku! Mengapa? Karena aku akan menghadiri sebuah acara puncak sekaligus
pengumuman ataş hasil perlombaan yang telah aku lewati selama sebulan terakhir.
Yang menegangkan bukanlah hasil pengumumannya, tapi…..aku akan bernyanyi diatas
panggung süper mewah itu! Ya, aku sudah berncana untuk meminta izin kepada guru
pembimbingku agar aku mendapatkan izin untuk menyanyikan lagu nasyid kesayanganku
yang berjudul Astagfirullah yang ditenarkan oleh seorang penyanyi wanita yang
kulupa siapa namanya.
Aku dan Ibu pun bergegas menjemput guru
pembimbing dan beberapa teman sebayaku bersama Ibu mereka masing-masing. Dengan
penuh percaya diri aku berkata,
“Bu Endang, Nanda pengen nyanyi lagu
Astagfirullah ya bu di panggung nanti. Nanda udah hapal lagunya, ini bu
kasetnya.”, ucapku seraya menyerahkan kaset tersebut.
Setibanya kami di tempat acara, Bu Endang
dengan sigapnya namun tanpa menghilangkan kesan femininnya menghampiri panitia
bermaksud menyampaikan maksud hatiku.
“Oh... Sebentar kalau begitu.”, jawabnya.
Hanya itu yang jelas terdengar. Dengan
mata berbinar-binar, aku menanti kabar yang akan dibawakan oleh guru pembimbing
rohaniku tersebut.
“Nanda... Katanya kalau nyanyi, udah ada
penyanyi aslinya yang bakal dateng, nanti mungkin Nanda bisa nyanyi
bareng-bareng sama beliau, jadi Nanda gak bisa nyanyi sendiri diatas
panggung....”,jelasnya panjang lebar.
Aku menundukkan wajahku. Aku bersedih. Aku
sudah sangat menantikan kesempatan ini.
“Tapi.... Kalau Nanda mau, katanya
dibutuhkan orang buat ngaji pas waktu pembukaan. Mau gak?”,
tanyanya lembut.
“Hm.”, aku mengangguk. Senyumku kembali
merekah. Semangatku kembali berapi-api.
“Yuk, Ibu dengerin dulu ngajinya Nanda.”,
diajaknya aku untuk duduk di suatu tempat.
“Q.S. Al-Luqman ayat 12-17, ya Nanda. Kita
coba lancarkan dulu sekarang. Bismillah.”, ujar Bu Endang.
Beberapa menit kami menyempatkan diri
untuk berlatih, aku yang masih bernaluri anak kecil tidak sedikitpun merasa
gugup untuk mengaji di hadapan beratus-ratus orang dan disiarkan secara
langsung di salah satu saluran televisi swasta ternama di Indonesia.
Berikut adalah kutipan Q.S. Al-Luqman:
12-17
Q.S. Al-Luqman: 12-17 |
“Aaaaaaa!!”, jeritan yang cukup memekakan
telinga.
Orang-orang menjerit karena aku yang
bertubuh kecil nan mungil ini duduk diatas sebuah kursi yang tingginya setara
pinggangku. Dengan susah payah aku berusaha duduk. Setelah terduduk, seorang
abang datang menghampiriku seraya memberikan kitab suci Al-Qur’an kepadaku.
Yang membuat mereka menjerit adalah caraku memegang Al-Qur’an yang super jumbo
itu. Yang seolah akan tergelincir dari pangkuanku. Namun, Alhamdulillah hari
ini berlalu dengan sangat lancar. Bahkan hari itu ditutup dengan menyanyi lagu
bersama Ita Purnamasari dan Dwiki Darmawan, serta kawan-kawanku yang lainnya.
Dan yang tak kalah mengejutkan, aku dinyatakan sebagai juara harapan 3
se-Bandung Raya dalam perlombaan Anak Shaleh Award tersebut. Alhamdulillah!!!
Setidaknya aku bukanlah juara berharap :P
Semenjak hari itu, Q.S. Al-Luqman:
12-17 menjadi ayat favoritku.
Bagus kak. Alurnya jelas. Tapi kata "dan" gak boleh habis titik karena dan itu kata sambung. Itu aja. Keseluruhannya keren. 😊
ReplyDeleteI appreciate that. Makasih ya :) Nanti saya koreksi ulang..
DeleteKalau bisa tulis juga ttg hikmah di ayat2 tersebut.
ReplyDelete