*

Pages

Thursday, 4 June 2020

Kematian




Hari ini tiba-tiba ibu membahas mengenai hal ini, kemudian kami bicara. 
"Ibu nggak mau kalau ditinggal ayah, maunya ibu yang duluan", sembari menitikkan air mata. 
"Kamu nggak tau rasanya, berbeda antara ditinggal orangtua dan pasangan.", melanjutkan.
Ya, mungkin karena kita hanya tinggal dengan orangtua hingga seperempat abad, namun bersama pasangan hingga penghujung usia. Oleh sebab itu pernikahan disebut dengan ibadah terlama.
"Dia yang sudah memahami baik buruknya kita dan bersabar dengannya, bersabar pula dalam menuntun menuju kebaikan. Teman yang selalu ada membersamai."
Aku hanya dapat menatap wajah ibu.

Usut punya usut, rupanya pagi sekali ayah membuka topik mengenai hal ini.
"Ayah gak bisa kayaknya kalau ditinggal ibu, ibu harus sehat. Inginnya nanti ayah yang duluan", katanya.
Ibu yang mendengar ucapan ayah merespon, “yaudah, berdoanya biar bareng-bareng aja”. 
Aku sesungguhnya tak kuasa menahan air mata saat itu. 

***

Teringat beberapa tahun silam ibu pernah mengungkapkan keinginannya untuk menghembuskan nafas terakhir di tanah suci. Alhamdulillah ibu sempat diberangkatkan haji pada tahun 2015, namun terpisah dengan ayah yang diberangkatkan pada tahun 2016, karena kekeliruan urusan administrasi membuat ayah dan ibu terpisah jauh.

Ingat kan apa yang terjadi pada angkatan haji tahun 2015? Terdapat kejadian crane yang roboh. Sesaat setelah mendengar informasi tersebut, aku sangat tidak tenang. Aku pun sulit menghubungi ibu. Ku telepon-telepon tapi tak ada jawaban. Sampai-sampai orang-orang yang mengetahui bahwa ibuku sedang beribadah di tanah suci, menghubungiku secara beruntun, menanyakan kabar dan keadaannya (ada beberapa yang langsung menasihati untuk siap bersabar dengan segala ketentuan-Nya).

Aku menangis dan menangis takut ibu dilanda kesulitan, tak pernah berani memikirkan kemungkinan terburuk. Saat itu tak ada ayah yang menemani ibu. Ibu berangkat seorang diri (meski pada praktiknya bersama rombongan). Aku pun teringat harapan ibu yang selalu diungkapkan di hari-hari sebelum keberangkatannya, tentang ibu yang ingin menghembuskan nafas terakhir di tanah suci.

Aku mengangkat kedua tanganku dengan berat dan namun terus berurai air mata, 
“ya Allah aku ikhlaskan segala ketentuan-Mu atas ibuku. Aku ikhlaskan segala skenario-Mu.”
Berat sekali aku mengungkapkan kalimat-kalimat itu. Tercekat di tenggorokanku. Tapi di lain sisi, muncul ketakutanku, jika doa-doaku sebelumnya malah memberatkan ibu. Ibu yang ingin menghembuskan nafas terakhir di tanah suci. Karena memang setiap berdoa aku selalu menyatakan ketidakmauanku ditinggalkan ibu, sangat tidak mau. Setelah itu, aku mempertanyakan diriku sendiri, 
"Apakah selama ini aku bukanlah anak baik? Karena tidak mengikhlaskan dan mengamini keinginan ibunya sendiri."

Tak berselang lama, beberapa jam atau hari setelah itu rasanya (aku lupa). Ada telepon masuk, ternyata dari ibuku! Beliau hanya dapat berbicara sebentar. Karena saat keberangkatan aku tidak di Indonesia, aku tidak dapat memastikan segala kebutuhan ibuku terutama mengenai komunikasi. Sehingga komunikasi kami seperti benar-benar terputus.

Setelah ibu menelpon, aku langsung mengisi pulsa telepon internasional dan menelpon ibuku. Rupanya selama ini ibuku terlalu memfokuskan diri beribadah sehingga tidak menyadari ada telepon dariku. Lalu, aku bermaksud memastikan keadaan ibuku dan menanyakan tentang kejadian crane jatuh tersebut. Qadarullah, Allah maha baik. Crane terjatuh sesaat setelah ibuku kembali ke tempat istirahat, kurang lebih satu jam selisih waktunya. Tipis sekali. 

Hanya sepuluh menit kami dapat berbicara, karena terbatas atas pulsaku yang habis dan ibu yang ingin melanjutkan beribadah. Tetapi hal tersebut sudah cukup membuatku merasa lega.

***

Mengingat kejadian tersebut, aku yang biasanya langsung menyatakan, "Jangan berdo'a kayak gitu"
Hanya bisa terdiam. Karena aku mulai memahami, bisa jadi itu adalah cita-cita tertinggi seorang hamba. Hamba dengan tulang rusuknya. Aku hanya bisa menangis dan memeluk ibuku erat.






Share:

0 komentar:

Post a Comment

Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih

Search in This Blog

Pesan untuk Penulis

Name

Email *

Message *

Another Blog

Tulisan Terbaru!

Witsqa Masak: Yumurtali Patates

DISCLAIMER!  Witsqa Masak merupakan kumpulan resep yang terhitung berhasil untuk dipraktekkan oleh saya. Sumber resepnya sendiri bisa berasa...