*

Pages

Tuesday 22 September 2015

Yeay! Saya MENANG..


Suasana keramaian KJRİ İstanbul

Keinginan saya yang teramat besar untuk dapat mengikuti upacara pengibaran bendera merah-putih membuat saya memutuskan untuk mereservasi tiket kepulangan ke tanah perantauan jauh lebih cepat. 15 Agustus 2015. Merupakan tanggal yang teramat awal dan tak lazim untuk dipilih oleh mahasiswa/i yang sedang menghabiskan liburan musim panasnya di tanah air.  Kebanyakan universitas di Turki ini memulai tahun ajaran barunya di tahun ini pada pertengahan bahkan akhir bulan September. Tak heran, banyak orang yang bertanya-tanya dengan penuh rasa keingintahuan akan alasan yang sesungguhnya mengapa saya memutuskan untuk kembali ke tanah penimbaan ilmu begitu cepatnya.

Ada beberapa alasan pribadi mengapa akhirnya saya memutuskan untuk kembali kemari dengan memilih tanggal yang terhitung awal, yang tidak dapat saya paparkan disini.
15 Agustus 2015, ketika waktu telah menunjukan sekitar pukul 7 malam waktu sekitar. Dengan jam tangan analog yang terbelit mantap di tangan kiri saya, yang belum sempat saya atur ulang setibanya saya di destinasi akhir. Saya kebingungan akan langkah awal yang akan saya lakukan ketika telah menapaki tanah kota yang terletak diatas dua benua ini. Saya pun bergegas untuk menyambangi mesin ATM bank Turki dan bermaksud untuk mengisi pulsa dan mengaktifasi paket bulanan di telefon genggam saya. Dengan maksud, agar dapat memberikan kabar kepada kakak kelas saya yang berbaik hati akan datang untuk menjemput di bandar udara Ataturk.
Kurang lebih satu jam saya menunggu kedatangannya, hingga akhirnya sang kakak kelas tersebut muncul dihadapan saya sembari menampakan senyum manisnya. Gaya khasnya yang tomboy namun berusaha terlihat feminin itu tetap tidak bisa mengelabui kedua bola mataku, menyembunyikan akan tabiatnya yang sudah tercitrakan tomboy sedari masa di bangku menengah atas dahulu.
“Wits, gak lama kan nunggunya? Tadi teh uji lagi ada urusan di KJRI (Konsulat Jendral Republik Indonesia). Tapi pas kan ya perhitungan uji? Kamu gak nunggu lama?”, tanyanya setengah percaya diri.
“Iya nggak kok, teh. Teh, ada minum nggak? Haus nih. Heu..”, serobotku singkat setengah kehausan.
Tangan kurusnya menyodorkan minuman rasa buah pada saya. Saya terdiam sejenak. Lengang. Sunyi. Senyap.
“Gak ada air putih ya, teh?”, ujarku bak adik kelas tak tahu diuntung.
Singkat cerita kami memutuskan untuk menyegerakan menuju tempat tinggal kakak kelas saya tersebut. Saya bermaksud untuk menginap selama beberapa hari di Istanbul. Selain ingin merasakan upacara pengibaran bendera merah-putih 17 Agustus di KJRI, saya juga ingin menunaikan beberapa amanat yang diberikan kepada saya. (Seperti membuat video kondisi didalam masjid Blue Mosque, maupun membuat tulisan yang kemudian difoto bersama ikon Turki).
Keesokan harinya, 16 Agustus 2015. Saya yang awalnya hanya ingin bersantai dan beristirahat saja, membanting stir dan memutuskan untuk pergi ke KJRI dan mengikuti beberapa rangkaian perlombaan khas 17 Agustus yang rutin dilaksanakan di KJRI. Apakah saya menang? Wooo.. Jangan salah! Tentu saja saya menang. Yap, MENANGgung malu!! Kenapa? Beginilah kronologis ceritanya….
Saya yang berstatus bukan warga Istanbul ini dengan percaya dirinya datang dan bergabung bersama orang-orang yang asik mengikuti berbagai macam perlombaan. Namun sayangnya, tak ada satupun perlombaan yang berhasil saya menangkan. Mengikuti lomba makan simit (sejenis donat berukuran jumbo) yang diolesi cokelat, malah cokelat-cokelatnya saling berlomba menghiasi wajah dan kerudung indah saya. Menang? Tidak. Saya iseng aja ikut-ikut lomba itu.
Suasana Perlombaan
Lomba lainnya yang saya ikuti adalah lomba makan mie. Para peserta mempersiapkan perutnya yang kosong untuk mengikuti perlombaan tersebut, termasuk saya. sesampainya pada urutan acara lomba makan mie, saya sedikit terkaget, karena kami diharuskan memakan mie dengan menggunakan sedotan (Bayangiiiiiin…. Pake sedotaaaaan. Mau disedot aja ntu mie-mie? Hahaha). Kesulitan? Iya banget. Hingga akhirnya saya dinobatkan sebagai peserta paling lambat dalam memakan mie tersebut. Yap, saya makan dengan anggunnya dan alhasil mie yang tersisa di piring kita bisa bawa dan kita bertanggung jawab untuk menghabiskannya. Fiuuuh. Syukur deh, saya hanya sempat memakan kurang dari seperempat bagian itu, bisa memakannya dengan kondisi yang tenang tanpa tekanan, apalagi tanpa harus menggunakan sedotan-sedotan itu. Hehehe. Di akhir perlombaan makan mie tersebut, sang pemandu acara yang keheranan melihat piring saya yang isinya masih utuh itu berkomentar, “Nampaknya peserta kita yang satu ini emang sengaja gak mau makan mie nya, biar bisa dibungkus. Hehehe..”, komentarnya setengah tertawa.
Saya pun dengan anggunnya membawa piring saya lalu duduk dan melanjutkan melahap makanan saya yang kemudian ditambahi dengan kentang goreng dan chicken nugget. Ah! Dan tak lupa, saos sambal yang diberikan oleh Ibu Konjen yang baik hati nan anggun itu. Alhamdulillah nikmatnyaaaaaa…. Hihihi
Sampailah kami semua di penghujung acara, dimana semua hadiah telah diberikan kepada para pemenang. Tak berselang lama, sang pemandu acara mempersilahkan kami semua untuk berdiri dan maju ke depan untuk berfoto bersama. Saya beserta kakak kelas saya yang lain, yang baru saja tiba dari kota Trabzon itu dengan penuh semangatnya berdiri dari kursi-kursi kami yang nyaman yang terjajar rapi. Menyadari hanya kami saja yang berdiri dengan penuh semangat, tanpa memberikan aba-aba sepatah katapun, kak Alfa ----kakak kelas yang baru tiba dari kota Trabzon---- bergegas untuk kembali duduk di bangku nyamannya. Seperti terkena last word syndrome, saya pun spontan untuk kembali duduk. Namun……….. hal yang sangat tidak terduga terjadi. Saya jatuh terjerembab keatas rerumputan hijau tak berdosa. Yang mungkin saja, mereka sedang asyik-asyiknya bertasbih kepada Sang Maha Cinta terganggu atas benturan yang terjadi. Kursi yang sedari tadi saya duduki lenyap begitu saja. Bukan karena sihir harry potter kursi tersebut raib, tetapi memang ada seorang pria berperawakan besar namun terlihat masih sangat muda yang ternyata adalah orang Turki yang tanpa sengaja mengambil kursi tersebut dari tempatnya semula. Ia mengira saya tidak akan kembali duduk. Saat itu suasana sedang hening, tak ada yang mengeluarkan suaranya sedikitpun, bahkan kucing yang melintas pun tak sampai hati untuk mengeluarkan eong-annya. Maka mengaduhnya saya, memecahkan kesunyian di halaman muka KJRI tersebut. Tak henti-hentinya pula si Abi1 tersebut meminta maaf kepada saya atas apa yang telah terjadi. Ada yang tertawa, ada yang berusaha ingin melihat kondisi saya, dan ada pula yang masih berusaha untuk meminta maaf kepada saya.
Apa yang akan anda lakukan ketika berada di posisi saya? Maluuu sekali rasanya. Ingin rasanya saya langsung membeli tiket pulang ke Ankara detik itu juga, dan berharap tak ada satupun orang yang mengingat wajah saya, terlebih lagi kejadian yang amat memalukan itu.
Seusai berfoto bersama, saya pun bergegas menuju tempat shalat dan mengurung diri disana (maaf agak hiperbol hehe), dan hari itu berlalu begitu saja……….
Witsqa.. kapan sih kamu tidak mempermalukan dirimu sendiri?

1 Abi : Panggilan untuk kakak laki-laki / yang dituakan (laki-laki)
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih

Search in This Blog

Pesan untuk Penulis

Name

Email *

Message *

Another Blog

Tulisan Terbaru!

Witsqa Masak: Yumurtali Patates

DISCLAIMER!  Witsqa Masak merupakan kumpulan resep yang terhitung berhasil untuk dipraktekkan oleh saya. Sumber resepnya sendiri bisa berasa...