*

Pages

Monday, 7 September 2015

Berpisah (Lagi)

Cengeng!

Saya adalah pribadi yg lembut namun keras. Cengeng namun terkadang tegar. Itulah hal yang tepat yang dapat mendeskripsikan diri saya ini.
Tak terasa, tahun ini telah memasuki tahun ketiga saya di tanah utsmani, Turki, Alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan untuk dapat pulang ke tanah air, setelah menanti selama hampir lebih kurang dua tahun, hanya sekedar untuk melepas rindu terhadap sanak saudara, terutama dengan keluarga kecil saya. Meski terasa sangatlah singkat, namun sangat berarti bagi saya. Tapi.... ada yang berbeda pada ritual perpisahan kali ini.
21 Agustus 2013, adalah kali pertama bagi kami untuk saling mengikhlaskan satu sama lain. Ada pepatah yang mengatakan bahwa, “Yang meninggalkan akan lebih ringan, dibandingan dengan yang ditinggalkan”, namun nampaknya hal tersebut tidak berlaku bagi saya. Beberapa hari sebelum keberangkatan demi menimba ilmu, saya dan ibu saya saling mengikatkan janji,
“Kamu gak boleh nangis pas di bandara, kalau kamu menangis, hati ibu bakalan goyah buat ngikhlasin kamu studi disana.”, ujarnya singkat tanpa mau menunjukkan ekspresi hati yang sesungguhnya.
Alhamdulillah, saat itu saya berhasil.
Kepulangan pertama saya ketika telah menimba ilmu selama kurang lebih dua tahun, singkat namun tetap harus disyukuri. Karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan emas seperti saya ini. ketika kami dihadapkan dengan perpisahan (lagi), hari itu bertepatan pada tanggal 20 Juni 2015 dini hari, saya yang harus memasuki gates maksimum pukul 6 pagi, memutuskan untuk sedikit berlama-lama, dan memasuki gates pada pukul 5.30 saja. Ayah, ibu, adik, kakak, beserta kakak ipar saya mengantar saya sampai ke bandara hari itu. Saya beserta ibu dan ayah yang telah melaksanakan shalat shubuh bergantian dengan kakak, kakak ipar, dan adik saya untuk menjaga dan menunggui barang bawaan saya. disitu saya hanya diam, memandangi ayah, TIDAK! Saya bahkan tidak berani menatap wajah kedua orangtua saya. semua terasa begitu singkat. Apakah dalam kurun waktu kurang dari dua bulan tersebut saya sudah maksimum membahagiakan orangtua saya? apakah saya telah berhasil membayar hutang-hutang eksistensi saya selama dua tahun terakhir? Apakah..? apakah…?
Berat, sangat berat. Namun sebuah suara menyadarkan saya,
“Kalau mau nangis, nangis aja, jangan ditahan.”, ujar suara lembut yang selalu memberikan saya motivasi hebat.
Tanpa mengeluarkan sepatah katapun sontak saya menangis, diiringi kedatangan pelukan lembut nan hangat dari ayah tercinta. Sekian detik saya memeluk ayah hingga saya merasa tenang. Saya tak mau membawa air mata ke hadapan ibu saya, saya tak punya nyali untuk sekedar menatap matanya, lantas saya memeluknya. Wajah ibu yang cantik dan lembut itu memerah, bukan karena marah, mungkin ia sedang menahan tangis dalam dadanya. Yang itu akan menyesakkan dada saya juga.
Semua mata tertuju pada kami. Hey! Ini bukan telenovela! Apalagi drama korea! Tak kuhiraukan. Saya tak peduli. Saya peluk kakak, adik, serta kakak ipar saya secara bergantian. Tak lupa saya menitipkan kedua  orangtua saya pada kakak ipar saya. semua berusaha menenangkan. Dan, kata-kata ibu semakin terngiang,
”Jangan bersedih. Pulanglah ke Turki dengan bahagia. Semangat baru untuk menuntut ilmu.”, nasihatnya berkali-kali tepat beberapa hari sebelum kepulangan saya ke Turki.
Yap, hari itu berlalu begitu saja. Sesampainya saya di pesawat, saya masih merasa tidak percaya. Saya membuka file gallery di telepon genggam saya, seraya berkata,
“Baru kemarin foto-foto ini diambil. Senyum-senyum kami bersatu dalam sebuah gambar. Dapatkah saya melihat senyum-senyum ini secara langsung (lagi)?”, ucapku dalam hati.
Baru satu foto yang kubuka, namun hati ini tak sanggup untuk melihat yang lainnya. Menetes air mata ini di pipi, tak tertahankan. Kuputuskan untuk melihatnya nanti saja, ketika hati ini lebih kuat menerima kenyataan bahwa kami harus berpisah (lagi).


Bantu aamiin-kan do’a saya:

Ya Allah, jagalah kedua orangtua saya ketika saya sedang tidak ada di sampingnya. Sayangilah mereka. Bahagiakanlah mereka. Jangan buat mereka merindukan saya. izinkanlah kami untuk bertemu kembali. Aamiin. Allahumma Aamiin..
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih

Search in This Blog

Pesan untuk Penulis

Name

Email *

Message *

Another Blog

Tulisan Terbaru!

Witsqa Masak: Yumurtali Patates

DISCLAIMER!  Witsqa Masak merupakan kumpulan resep yang terhitung berhasil untuk dipraktekkan oleh saya. Sumber resepnya sendiri bisa berasa...