*

Pages

Thursday, 8 October 2015

Tali Sepatu: Sang Penghantar Menuju Jodoh!



Hari yang cerah!
Hari itu adalah hari dimana saya masih menghabiskan waktu liburan musim panas di tanah air tercinta. Keinginan yang besar untuk dapat berkopi darat dan bernostalGILA bersama kawan lama merajai istana perasaan beberapa waktu yang lalu. Berkilo-kilometer jarak rela kutempuh, meski hanya bermodal sepasang sepatu hitam, yang bahkan bukan milikku----itu adalah sepatu adikku. Disini aku tidak berhiperbol, apalagi membual dan menggombal, ini kenyataan! Berjalan kaki dari Jonas Banda hingga sampai ke sebuah lokasi yang bertuliskan D-A-G-O merupakan suatu perjuangan yang sangat mencengangkan, bukan? Namun, kerianganku hari itu mengalahkan semua letih yang silih berganti datang menyerang. Itu semua tidaklah seberapa dibandingkan dengan pertemuan berharga, proses pemanjangan usia melalui penyambungan tali silaturahim bersama kawan-kawan tercinta. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu dengan mereka!

JAJAN CANTIIIIIK
Berawal dari jajan-jajan cantik nan lezat di tempat makan bernama “Bakso Bujangan” yang terletak tak jauh dari meeting point kami (dan disitu pula, kali pertama bagi saya makan pure durian!!! And it’s not that bad!!! Es Durian Kesepian yummyyyy!). Dilanjutkan dengan bertemu teman kami lainnya di Gramedia di kawasan Jalan Merdeka. Keceriaan hari itu pun bertambah dan semakin membesar.
Matahari tepat berada diatas ubun-ubun. Sayup-sayup terdengar suara adzan berkumandang mengalun dengan syahdunya. Angin semilir…….tidak! Tidak ada angin yang berhembus samasekali siang itu.
Setelah saling bertegur sapa dan bercengkrama ria sejenak, kami yang belum menunaikan ibadah shalat wajib memutuskan untuk mencari tempat ibadah terdekat. Sesampainya di mushala kecil yang terletak tepat di seberang toko buku-buku yang berbandroll potongan harga besar-besaran itu, kami bergegas mengambil air wudhu dengan sebelumnya mengamankan sepatu-sepatu indah kami kedalam tempat penitipan sepatu yang dijelmakan sebagai loker-loker berbentuk persegi sedang, berpintu, dan berkunci yang tertata rapi.
“Koko, siniin sepatunya. Biar aku simpenin.”, ujar sahabatku,  Ama.
Tak sampai hati ini untuk memberikan sepasang sepatuku kepada sahabatku itu. Bukan karena aku tak mau sepatu indahku ini disentuh orang lain dengan sesuka hati. Tetapi apakah sopan menyerahkan sepatu kita kepada orang lain? Ah. Tak apalah. Lagipula ia sudah kuanggap seperti seorang mama ---- karena Ama adalah orang yang paling cerewet dan paling berperikeibuan dibandingkan kami semua.
Seusai mengambil air wudhu kami lekas melaksanakan shalat dzuhur berjamaah. MashaaAllah nikmatnya shalat dzuhur berjamaah bersama saudari-saudariku ini. Membuatku rindu akan masa-masa ketika aku masih duduk di bangku SMA dahulu. Keabstrakismean perasaan, yang dibungkus dengan embel-embel rasa rindu itu melompat-lompat bebas bak petasan di malam lebaran.
Seusai shalat dan dzikrullah sejenak, tak lupa kami kembali melipat mukena yang telah kami pakai. Kami saling susul menuju loker penyimpanan sepatu untuk mengambil sepatu-sepatu kami. Semua orang mengambil sepatunya masing-masing. Tinggallah aku yang belum mengambilnya dan terdiam mematung, memandang sekitar. Tetiba saja perasaan tak karuan menyelimuti relung hati.
“Ada apakah gerangan?”., ujarku dalam hati kecilku.
Aku pun bergegas mengambil sepatuku, namun….hap. Duh! Tali sepatuku menyangkut ke loker bagian bawah! Dan loker bawah itu sedang dalam kondisi terkunci.
Gerak-gerikku yang kebingungan akan cara menyelamatkan sepatuku tercinta ternyata mengundang tawa dari teman-temanku tersebut.
Alah.. Witsqa! Tali sepatunya nyangkut. Hahaha. Kalau yang ternyata di loker bawah itu pemilik sepatunya cowok, maka ia akan menjadi jodohmu, ya.”, ujar Ipin disambung dengan tawa menggelegar yang kucegat karena akan mengundang kebisingan di mushala tersebut.
Hanya sebelah sepatuku yang dapat kuselamatkan. Aku terdiam berpasrah. Layaknya Cinderella yang kehilangan sebelah sepatu kacanya, disini aku adalah seorang Witsqarella yang menanti sebelah sepatu yang memiliki style sporty-boy.
Teman-temanku tak henti-hentinya tertawa. Aku menunggu dan menunggu kedatangan si fulan itu untuk membuka loker dibawah loker sepatuku. Ketika kulihat segerombolan orang telah melaksanakan shalat dzuhur menghambur dan membuka loker mereka satu persatu, aku mengintip-intip malu, mencoba mencari tahu apa kabar pasangan sepatuku.
“HAHAHA! Cowoook buuu…”, ujar Ipin kegirangan.
Tanpa kusadari ada seorang anak remaja (putri) yang sedari tadi duduk didekat tempat penitipan sepatu tersebut yang kemungkinan besar memperhatikan semua gerak-gerik serta percakapan kami sedari tadi. Ia hanya dapat menahan tawanya yang berada diujung mulut sembari menyunggingkan senyum diujung bibirnya, namun ia berusaha menutupinya dengan telapak tangannya, yang malah terlihat seperti orang yang kesenangan karena sakit gigi.
Gila-gilaan bersama teman-temaaaaaaan
Dengan sigap aku mengambil sepatuku yang temalinya menyangkut sedari tadi. Segera kupakai dengan tergesa. Lalu berlalu begitu saja tanpa memperhatikan tawa girangnya teman-temanku.
Lagi-lagi kejadian memalukan mengisi hari indahku…..
Ah…biarlah mozaik ini aku kumpulkan untuk nantinya kuceritakan pada anak dan cucuku kelak.


Sebenarnya tulisan ini didedikasikan untuk sahabatku yang sangat kegirangan ketika mendapati kejadian ini, Ipin Saripin, itu adalah panggilan kesayanganku untuknya.

Terima Kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Kritik dan saran bisa dilampirkan J
Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan, karena tujuan saya hanya ingin sharing pengalaman.


Share:

0 komentar:

Post a Comment

Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih

Search in This Blog

Pesan untuk Penulis

Name

Email *

Message *

Another Blog

Tulisan Terbaru!

Witsqa Masak: Yumurtali Patates

DISCLAIMER!  Witsqa Masak merupakan kumpulan resep yang terhitung berhasil untuk dipraktekkan oleh saya. Sumber resepnya sendiri bisa berasa...