Bismillah…
Apa kabar,
kawan-kawan? Semoga selalu sehat yaaaaa J
Merajut. Begitu mendengat kata tersebut apa yang tersibak dalam pikiran
kalian? Pekerjaan yang cewek banget,
iya gak sih? Saya pun merasa seperti itu.
Gambar: Material yang dibutuhkan |
Saya yang menyadari bahwa saya tergolong orang yang agak kesulitan
mempelajari hal-hal yang berbau kreatifitas dan keterampilan maupun kesenian,
selalu berusaha ‘memaksakan diri’ untuk melakukan hal yang berlawanan dengan
pikiran yang sesungguhnya. Hati saya tak pernah meng-iya-kan akan kegiatan yang
berbau keterampilan, namun saya selalu bertekad, “We never know till we never try”, seenggaknya coba dulu, baru deh
kalau nanti hasilnya kurang memuaskan berarti kemampuan saya emang segitu, atau
saya harus berlatih lebih keras dan lebih ulet lagi.
Semenjak saya kuliah di Turki, saya cenderung lebih senang mencoba
hal-hal baru yang belum pernah saya lakukan atau temukan sebelumnya. Nah, dari
teman saya. Saya mendapatkan inspirasi untuk mencoba hal yang baru lainnya.
Yap, merajut. Saya mencoba merajut.
Berawal dari tahun pertama kedatangan saya yang kira-kira baru seumur
jagung. Saya membuka langkah awal saya dengan membeli kebutuhan untuk merajut.
Dengan motivasi, ‘Minimal saya harus bisa merajut sebuah syal untuk diri saya
sendiri.’ Sangat disayangkan, saya tidak berhasil merealisasikannya di tahun
pertama.
Memasuki winter tahun kedua,
saya membuat daftar kegiatan dan hal yang harus saya lakukan selama winter holiday, guna menjaga tetap
produktif di waktu liburan. Saya tidak pernah mau mengkhususkan waktu untuk
merajut tok’ tok’ hanya merajut. Bagi saya itu akan sangat terasa membosankan.
Maka dari itu saya sebut saja sebagai knitting-strategy,
yep, saya selalu non-stop merajut HANYA
KETIKA menonton film. Sambil nyelam minum air. Sembari menonton film,
tangan saya nonstop menyambungkan rajutannya satu sama lain.
Pada awalnya terasa sangat sulit.
Hal itu membuat saya tidak terlalu fokus dengan apa yang saya tonton. Namun
seiring berjalannya waktu, saya bisa menyeimbangkannya. Menonton sembari merajut.
Ataukah lebih tepat disebut dengan merajut sembari menonton?
Penasaran dengan hasilnya? Tadaaaa…..beginilah hasilnya. Sentuhan akhir
untuk menutup rajutan pun dilakukan oleh teman saya, Nisa. Sagol, canim.
Nah ini hasil tangan amatiran :D |
Hahaha jika dilihat secara langsung, Nampak sekali bahwa rajutan saya
sangatlah tidak rapi. Tapi overall I
really love it! Alhamdulillah dalam
kurun waktu lebih kurang 2 bulan, saya dapat menyelesaikannya. InshaaAllah,
syal tersebut dapat saya gunakan di winter
mendatang.
Jadi gak sabar pengen pake syal buatan tangan sendiri di winter tahun depan J
Terima
Kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Kritik dan
saran bisa dilampirkan J
Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan, karena tujuan saya
hanya ingin sharing pengalaman.
0 komentar:
Post a Comment
Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih