Berawal dari mebaca sebuah artikel
mengenai Ramadan, saya mendapati sebuah kejanggalan. Kok disana tertulis bahwa do'a setelah berbuka shaum yang biasa
saya gunakan (Allahumma lakasumtu wabika amantu.....dan seterusnya) itu disebut-sebut
sebagai hadits yg dhaif, ya? Rasa penasaran yg menyelimuti pikiran itu langsung
mendorong saya untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar yg menggantung
dibenak saya tersebut. Maklum saya orang awam. Tanya orangtua, tanya juga
kepada teman yang sedang mengenyam pendidikan ilmu teologi islam disini.
Namun, saya masih belum juga mendapatkan jawaban yang pasti.
Hingga pada suatu hari saya
menghadiri sebuah acara iftar bersama bidadari-bidadari Indonesia di Ankara,
saya mendapatkan sebuah kesempatan untuk merapikan benang kusut yang bersanggar
di kepala saya. (Pasti bakal nanya, kenapa gak
tanya mbah gugel aja, sih? Ya gak?! Sayangnya saya agaknya mengalami sedikit
krisis kepercayaan pada internet. Sejujurnya, saya agak percaya gak percaya atas
informasi yang bersumber dari internet).
Singkat cerita, saya pun bertanya
pada sang pengisi materi kuleritum (kuliah lebih dari tujuh menit :p huehe).
Dan ya! Saya mendapati jawaban yang serupa. Do'a berbuka shaum yg biasa saya
lantunkan dan sangat komersil di teve-teve indo ini benar-benar dhaif.
Alasannya adalah karena doa tersebut tersemat di beberapa hadits yg
derajatnya dhaif, namun pada saat yang bersamaan, tertera pula pada sebuah
hadits yang shahih. Saya garis bawahi pada kalimat beberapa dan sebuah. Maknanya
yang dapat kita simpulkan dari pernyataan tersebut adalah, beberapa memiliki
makna lebih dari satu, sedang sebuah, jelas-jelas hanya satu. Maka dari itu,
para alim ulama bersepakat bahwa Do’a Setelah Berbuka Shaum yang sangat lumrah
kita dengar itu berderajat dha’if.
Diungkapkanlah do'a berbuka shaum yang
berderajat shahih.
Jika ingin melakukan research lebih jauh, saya melakukan
perbandingkan dengan apa yang dijelaskan pada website ini https://konsultasisyariah.com/12680-doa-sahih-berbuka-puasa.html
Disitu disebutkan bahwa do'a sebelum
shaum yang "salah" itu dinyatakan dhaif karena status sanad
haditsnya. Hadits tersebut tergolong hadits
mursal. Hadits mursal merupakan hadis dhaif karena sanad yang terputus.
Dan merujuk pada sumber yang sama,
dapat kita perhatikan terdapat poin penting mengenai urutan yang tepat untuk
doa ketika berbuka, yaitu sebagai berikut:
1. Membaca basmalah sebelum makan
kurma atau minum (berbuka).
2. Mulai berbuka
3. Membaca doa berbuka: Dzahaba-zh Zama’u,
Wabtalati-l ‘Uruuqu …dst.
LMIIW (Love Me If I'm Wrong! :P)
Sekian dari saya. Saya hanya orang
awam yang sibuk mencari solusi dari 'masalah-masalah'. Karena setiap waktu
adalah kesempatan untuk selalu belajar. Semua orang dan semuamuanya adalah guru
bagi diri kita, bagi kehidupan kita.
Yoruluncaya kadar değil, bayılıncaya kadar öğren!
(Bukan sampai engkau lelah, tapi
belajarlah terus sampai kau hilang kesadaran!)
Tulisan ini mendapatkan sebuah masukan dari beberapa kawan saya sebagai berikut:
ReplyDelete1. Kawan A
Mungkin sedikit ingin mengemukakan "görüşüm", dan memang adalah hal biasa dalam lingkungan Pelajar ber-diskusi. Sedangkan diskusi bukan untuk menang atau mengalahkan melainkan untuk memperkaya khazanah keilmuan. "Karena setiap waktu adalah kesempatan untuk belajar :-)"..
1. Hadis dhoif adalah hadis lemah dalam sanad periwayatannya, sedangkan untuk mengamalkannya para Ulama sepakat dalam bolehnya mengamalkan hadis dhoif, misal Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Abu Dawud, Imam Navavi, dll. Akan tetapi mereka mengatakan bahwa hadist dhoif tidak bisa dijadikan dalil dalam masalah Akidah atau Suatu Hukum dalam Islam. Dan tidak sepantasnya kita menafikan (meskipun) hadis dhoif selama hadis tsb bukan hadis munkar, mardud, atau bathil/palsu. Karena dengan menafikannya berarti mendustakan ucapan Rasulullah Saw dan hukumnya Kufur. Mereka para Muhaddis yang meriwayatkan hadis-hadis bukanlah sembarang orang/ sıradan insan değiller, mereka sangat berhati-hati terhadap hal ini, jika salah satu huruf saja, mereka bisa menjebak ummat hingga akhir zaman dalam kekufuran. Rasullullah Saw bersabda "Barang siapa yang sengaja berdusta dengan ucapanku maka hendaknya ia bersiap-siap mengambil tempatnya di neraka"(HR Bukhari).
2. Dalam Riyazus shalihin hadis "Allahumma laka shumtu.." adalah hadis Mursal, sedangkan Mursal adalah Zayif hadislerin çeşitlerindendir. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Al Baihaqi, At Thabarani, Ibn Abi Syaibah. (Dalam Maktabah Hadist)
3. Dalam buku-buku Fikih Klasik, Sebelum ada "acara" Kudeta, kita ada ders tambahan dari Yayasan dengan mempelajari Fikih dalam Mazhab Hanafi dan Syafi'i dan sudah pernah kita membahasnya dalam bab Shaum. Yuk kita simak keterangannya :
A. Tabyinul Haqaaiq dalam Mazhab Hanafi karangan Fakhruddin Ustman bin Ali hal 178 : ومن السنة أن يقول عند الافطار أ للهم لك صمت ...
"Dan dari sebagian Sunnah ketika berbuka Puasa adalah mengucapkan Doa "Allahumma laka shumtu..".
B. Ahkamul Ibadah dalam Mazhab Syafi'i karangan Busyair Abdur Rahman hal 178 : الد عاء بعد أكل شيئ من الطعا م ا لإفطار، والمأثور في ذالك : أللهم لك صمت.. أفطرت يا وا سع المغفرة إغفرلي
"Berdoa ketika Ifthar, dan dalam hal ini doa yang diriwayatkan adalah "Allahumma laka shumtu .. (samapi akhir) dengan tambahan Yâ wâ sia'l mağfirati iğfirli".
Simpulan dari sedikit uraian diatas :
1. Mungkin tidak dibenarkan ya kalau kita berdoa dengan doa tersebut dengan mengatakan tidak "tepat", dengan alasan doa tersebut adalah hadis dhoif. Harus kita tahu bahwa dalam berdoa asalkan maknanya tidak bertentangan dengan islam dan bukan untuk maksiat, disunnahkan berdoa meskipun dengan doa buatan sendiri bahkan dengan bahasa Indonesia sekalipun. "Rasulullah Saw mendengar seseorang berdoa sementara itu ia tidak menyebut Allah ‘azza wajalla dan tidak membaca shalawat untuk Nabi, lalu Rasulullah Saw bersabda: “Ia terburu-buru". Beliau lalu mendoakannya, setelah itu beliau bersabda kepadanya dan yang lain: “Bila salah seorang dari kalian berdoa, hendaklah dimulai dengan memuja dan memuji Allah kemudian hendaklah membaca shalawat untuk Nabi s.a.w, setelah itu silahkan berdoa sekehendaknya ." (HR Ahmad bin Hanbal). Apalagi Doa orang yang shaum maqbul kan..
2. Memang bagus berdoa dengan Doa "Dzahabad dhomau.. ", akan tetapi jika kita perhatiakan "Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, dan telah tetap pahala InsyaAllah", bukan berbentuk doa lebih kepada bentuk berita atau ucapan biasa yang disamapaikan Rasulullah Saw saat beliau berbuka. Dan yang paling utama adalah menggabungkan kedua doa tersebut "Allahumma laka shumtu.. Dzahabad dlomau..".
ReplyDelete3. Bacaan doa Allahumma laka shumtu.. telah diamalkan dan diajarkan oleh ulama-ulama Mazhab (Mazhab Hanafi dan Syafi'i), itu berarti membaca Doa "Allahmumma laka shumtu.." merupakan kesepakatan Umat Islam.
4. Lemahnya sebuah hadis tidak serta merta terlarang mengamalkannya, kebanyakan para ulama yang Mu'tabar (diakui keilmuannya oleh Ulama lainnya) mengatakan bolehnya mengamalkan hadis dhoif selam bukan dalam masalah Akidah dan hukum Islam.
Mohon maaf ya, silahkan eleştir jika salah, lurus dan benarkan.. Son olarak bir alimin sözünü nakletmek istiyorum "Pada hakikatnya, akhlak seseorang tidak akan terlihat di waktu dia sependapat dengan Anda, namun akan terlihat ketika ia berbeda pendapat dengan Anda. Anda bisa melihat apakah ia memiliki akhlak kenabian yang berpikir secara objektif, lapang dada, sopan santun dan mencari kebenaran atau sebaliknya " -Syekh Usamah Sayyid Al-Azhari
2. Kawan B
Waalaikumsalam, keren wits tulisannya...sambil ngasih penjelasan dr hasil pencarian jawaban sambil disisihkan "tp saya orang awam" �� ngejelasinnya juga jelas bgt, pembawaannya enak, dan mudah dimengerti. keep on writing wits biar bakatnya makin terasah ������
3. Kawan C
Btw tulisan kamu bagus. Cuma sayang itu tema nya agak sedikit gonjang ganjing. Dulu aku org nya jg saklek banget.. kalau ga ada di alquran dan hadis (yang sampai ke kita) maka ga dikerjain. Tapi setelah baca banyak buku akhirnya mulai terbuka. Mungkin ada hadis lain yang ternyata blm sampe ke kita. Untuk yang doa buka puasa itu, menurut aku ga perlu disalahkan atau gimana. Waktu berbuka adalah waktu yang mustajab untuk berdoa. Maka berdoa sebanyak2nya malah lebih afdhol. Dam doa tsb tentunya ga harus ada dihadis kan (mksdnya doa2 yang baik, untuk kebutuhan dan keinginan kita misalnya). Yang allahumma laka sumtu itu artinya bagus kok. Bisa saja dipakai loh. Aku hanya beri info aja sih. Cuma kalau doa yang ada riwayat hadisnya maka lebih bagus. Gitu aja.. selamat belajar. Mari membuka bersama membuka hati.. semoga Allah mudahan untuk terus belajar ilmu2Nya.
Kalau memang doa nya baik menurut aku gapapa sih. Lagian itu jg bukan masalah yang kategori nya harus dibenarkan atau disalahkan. Krn yang jelas memperbanyak doa ketika akan berbuka adalah baik maka doa apapun yang baik boleh.. itu menurut aku sih. Wallahu a'alam..
Karena membingungkan diri saya sendiri kalau harus mengedit, jadi saya lampirkan disini saja ya opini dan pendapat dari teman-teman saya tersebut.
Terima kasih atas kepedulian kalian, guys! Hehe