*

Pages

Friday, 25 December 2020

Waktunya Bahasa Turki: Nama-nama musim dalam bahasa Turki


Wah-wah kita udah semakin banyak belajar bahasa Turki yaaa. Gimana menurut temen-temen? Apakah cukup bermanfaat? Seru? Kali ini kita akan mempelajari nama-nama musim dalam bahasa Turki. Untuk penjelasan dalam videonya bisa dilihat pada channel youtube saya yaa.

Nama-nama musim: 

  • Kış Musim dingin
Waktu: Biasanya bulan Desember sampai Februari
  • İlkbahar Musim semi

Waktu: Biasanya bulan Maret sampai Mei

  • Yaz Musim panas

Waktu: Biasanya bulan Juni sampai Agustus

  • Sonbahar Musim gugur

Waktu: Biasanya bulan September sampai November

Bentuk pertanyaan yang digunakan : Hangi mevsimdeyiz?

Jawaban :

  • Kışın (di musim dingin)
  • İlkbaharda (di musim semi)
  • Yazın (di musim panas)
  • Sonbaharda (di musim gugur)



Catatan:

Musim yang berbeda-beda menyebabkan jenis dan bahan pakaian yang digunakan juga berbeda. Bicara tentang musim, kita juga bisa mempelajari tentang kata-kata yang digunakan untuk menunjukkan hawa dan suhu sekitar.

Share:

Saturday, 19 December 2020

Waktunya Bahasa Turki: Hari ini bagaimana ya cuacanyaa?


Halo teman-teman! Merhabaaa! Kalian pasti penasaran juga kan cara menyebutkan cuaca dalam bahasa Turki? Yuk disimak artikelnya. Kalau kalian ingin lihat penjelasannya dalam bentuk audio dan visual bisa cek channel youtube aku yaaa.


Bentuk pertanyaan yang digunakan : Bugün hava nasıl? (Cuaca hari ini bagaimana?)

  • Soğuk – dingin
  • Sıcak – panas
  • Ilık – normal / sedang
  • Yağmurlu – berhujan
  • Bulutlu – mendung / berawan
  • Rüzgarlı – berangin
  • Serin – Sejuk


Singkat banget dulu dari aku, semoga bisa bermanfaat yaa.
Görüşürüz!

Share:

Surat Cinta Terakhir Dariku yang Sedang Patah Hati

Jum’at / 18 Desember 2020 pukul 04.30 WIB

A beautiful soul has gone from this cruel world....

“Dunia adalah penjara bagi mereka yang beriman.”,
setidaknya engkau tidak lagi terkungkung dibalik jeruji besi perduniawian ya, ki.

 

Source: Dokumen Pribadi

Alm. Aki, bukanlah kakekku. Tapi beliau sudah seperti kakek kandungku sendiri. Ya meski tidak 100% sebebas dengan kakek kandung. Tapi dengan beliau, aku merasa seperti memiliki kakek lagi. Aku sangat bahagia. Dunia pun turut berbahagia saat aku bisa bercengkrama mengobrol berjam-jam dengannya.

Dikala aku sedang dalam kesulitan, dikala membutuhkan do’a dan support, atau memang ingin menyegaja bersilaturahmi, aku menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Namun kini ia telah tiada. Belum sempat aku memberikan kabar bahagia bahwa aku telah di wisuda. Belum sempat aku memberikan suka cita dengan bertegur sapa dengannya. Belum sempat kami (aku dan keluargaku) melibatkannya dalam momen-momen penting di hidupku (ini telah aku dan keluargaku rencanakan sedari dulu, saking kami menghormati dan menyayangi beliau layaknya keluarga sendiri). Padahal beliau juga sudah berpesan, “jika ada acara-acara, undang aki ya.”. Namun ternyata undangan dari Allah untuk tinggal bersama-Nya jauh lebih dulu tiba ya, ki. Semoga aki berbahagia dirumah barunya. Semoga nanti kita dapat berjumpa lagi di tempat yang lebih baik ya, ki. Semoga........

Ki, makasih pernah hadir di hidup Witsqa. Terima kasih karena telah memberikan Witsqa kesempatan untuk memiliki seorang aki (sekali lagi). Terima kasih telah menyirami hati Witsqa yang sempat kering. Terima kasih karena ternyata aki juga menjadi bagian penting dalam hidup Witsqa. Padahal Witsqa mah siapa? Tidak ada hubungan darah samasekali. Hanya ukhuwwah islamiyyah. Witsqa sangat bersyukur pernah dipertemukan dengan aki. Alhamdulillah bini’matihi tattimush shalihaat...

Oh iya, katanya aki berpulang di tanggal dan waktu yang sama dengan belahan jiwanya ya? Mungkinkah ini pertanda jodoh dunia akhirat? Pertanda cinta sejati? Tak perlu hiraukan cocoklogi ini. Yang jelas, hari itu adalah hari yang baik untuk aki kembali ke pelukan-Nya.

Nanti kalau Witsqa berkunjung ke rumah baru aki, semoga Witsqa bisa bawakan gepuk kesukaan aki, yaaa. Terima kasih ya ki untuk semuanya. Aki akan selalu terkenang. Sampai jumpa lagi, inshaaAllah!

 

 

Kutulis ini karena ku tak ingin lupa. Kalau pernah ada sebuah jiwa yang tulus berdo’a padahal tidak ada ikatan pertalian darah.

 

 

Share:

Wednesday, 16 December 2020

Waktunya Bahasa Turki: Hari (Günler)


Pasti penasaran banget kan, gimana sih cara mengungkapkan nama hari dalam bahasa Turki. Oh iya, mengenai artikel ini, untuk versi videonya kalian bisa cek channel aku yaaaaa.

  • Pazartesi – Senin
  • Salı – Selasa
  • Çarşamba – Rabu
  • Perşembe – Kamis
  • Cuma – Jumat
  • Cumartesi – Sabtu
  • Pazar – Minggu


Adapun keterangan lainnya yang tidak kalau penting, diantaranya:
Dün : Kemarin
Bugün : Hari ini
Yarın : Besok
Ertesi gün : Lusa
Gelecek .... : .... yang akan datang
..... gün önce : .... hari yang lalu                *) titik-titik diisi dengan angka
..... gün sonra : .... hari yang akan datang  *) titik-titik diisi dengan angka

Contoh penggunaan dalam percakapan:
Rabia : Bugün günlerden ne? (Hari ini hari apa?)
Nezihe : Bugün günlerden Salı. / Bugün Salı günü. (Hari ini hari Selasa)
Ayşe : Ne zaman matematik dersi yine göreceğiz? (Kapan ada pelajaran Matematika lagi?)
Burak : Gelecek Çarşamba, değil mi? / 2 gün sonra, değil mi?
(Rabu yang akan datang, iya nggak? / 2 hari yang akan datang, iya nggak?)

Keterangan: Asal usul kata Pazartesi dan Cumartesi. Pazartesi adalah gabungan dari kata Pazar dan ertesi, maknanya keesokan hari dari hari Minggu, yakni... Senin. Unik ya! Begitu pula dengan Cumartesi.

Share:

Sunday, 13 December 2020

Secercah Cerita Bunda

Ketemu postingan ini https://www.instagram.com/p/CIu866_Jl3-/ jadi ingin share sebuah cerita.

Beberapa teman seangkatanku qadarullah ada yang memang sudah bertemu dengan jodohnya bahkan dikaruniai keturunan. Nah, tiap kali menjenguk teman-temanku yang baru saja melahirkan, mereka selalu excited menceritakan pengalaman melahirkannya. Darisitu juga aku jadi mengetahui, kalau setiap orang akan mengalami hal yang berbeda. Ngilu? Iya pastinya. Wkwk. Pertama kali dengar kisah melahirkan dari seorang Bunda tuh saat masih duduk di bangku S1 dulu, dan saat itu aku bener-bener tidak kuat dan rasanya tidak mau mendengarnya. Tetapi seiring berjalannya waktu, entah dikuat-kuatin atau memang dengan sendirinya mulai berusaha bersikap biasa saja, akhirnya aku mampu. Namun tetap bertujuan memetik hikmah dan pelajarannya yang belum tentu aku bisa alami sendiri nantinya (ini aamiin banget sih, soalnya seriously ceritanya teh pada uwow sekali...)

Singkat cerita aku bertemu dengan seorang Bunda A ini. Bak seorang interviewer, aku membuka obrolan dengan membahas hal-hal yang biasa kubahas ketika bertemu dengan teman yang baru saja melahirkan. Kami memang terbilang cukup dekat. Beliau diatasku beberapa tahun, tapi entah rasanya seperti sahabat karib aja gitu. Sangat nyaman dalam bertukar cerita, canda, dan tawa. Sesungguhnya, dia memang tidak menceritakan pengalaman melahirkannya, karna Alhamdulillah terbilang lancar dan tanpa hambatan yang berarti. Namun yang tak kusangka, ia menceritakan pengalaman pasca melahirkan. Ia sangat terbawa suasana. Dia menceritakan dengan sangat gamblang apa yang pernah mengusik ketentraman hatinya pasca melahirkan.

Sembari terisak ia mengatakan,

“aku teh merasa bersalah ke anakku. Karena aku nggak bisa kasih ASI. Belum lagi omongan orang-orang yang menyudutkanku. Padahal aku tuh ingin banget bisa ngasih ASI. Aku merasa belum menjadi ibu yang sempurna.”

DEG! Disitu sesungguhnya aku bingung harus merespon seperti apa. Aku yang masih minim pengalaman, hanya bermodalkan empati hanya bisa berkata,

“aku emang nggak tau rasanya. Tapi kayaknya aku juga bakalan sedih kalau ada di posisi tersebut. Tapi inshaaAllah teteh udah jadi ibu terbaik buat anak teteh. Anak teteh bener-bener sangat beruntung memiliki ibu seperti teteh.”

Aku sangat percaya dia memiliki kekecewaan yang mendalam atas dirinya sendiri, tetapi saat yang bersamaan dia juga berusaha semaksimal yang ia bisa lakukan. Disitu aku sangat tidak tega, dan turut bersedih.

“aduh teh maafin aku ya. Aku jadi malah ngingetin teteh sama hal yang udah lalu.”

Aku mengerti dia pastinya mengalami baby blues syndrome (semoga tidak sampai post-partum syndrome). Dan lidah-lidah manusia hanya memperkeruh keadaannya. Termasuk lidahku.

Sejak itu aku lebih berhati-hati dalam bertanya. Nope. Lebih tepatnya, aku tidak menanyakan jika tanpa tujuan, apalagi untuk hal-hal sensitif seperti itu. Dear Bunda A, dan bunda-bunda lainnya: kalian kuat, kalian sangatlah hebat, kalian adalah superhero yang sesungguhnya. Setidaknya bagi anak-anakmu. Semoga kita dapat meningkatkan empati kita kepada sekitar ya. Maafkan daku huhuhu.

Share:

Search in This Blog

Pesan untuk Penulis

Name

Email *

Message *

Another Blog

Tulisan Terbaru!

Witsqa Masak: Yumurtali Patates

DISCLAIMER!  Witsqa Masak merupakan kumpulan resep yang terhitung berhasil untuk dipraktekkan oleh saya. Sumber resepnya sendiri bisa berasa...