Assalamu ‘alaikum wr. wb. Udah lama
tidak beradu jari diatas laptop lagi nih diriku ini. Maaf terlalu lama vakum. Alhamdulillah
pada kesempatan kali ini saya bermaksud menceritakan sebuah kejutan dari Allah
SWT yang tak pernah saya sangka-sangka.
Jum’at / 11 November 2016
Beberapa minggu yang lalu,
tepatnya pada hari Jum’at, saya dan beberapa teman putri lainnya bersilaturahmi
ke seorang Ibu muda nan cantik di kota Ankara. Tiba-tiba saya dikejutkan dengan
sebuah dering, tanda pesan singkat diterima,
‘LL***** NOLU KARGONUZ ADRESINE
GETIRILMISTIR. BULUNAMADIGINIZDAN SUBEMIZDE BEKLETILMEKTE OLUP, YARIN ALMANIZ
RICA OLUNUR.......’
Yang kurang lebih artinya pesanan
paket saya telah tiba, namun dikarenakan saya tidak berada ditempat, maka paket
sementara disimpan di pos yang bersangkutan dan saya diminta untuk mengambilnya
di keesokan harinya.
Isinya hanya beberapa buku yang
saya beli secara online. Yap, buku-buku pelajaran Osmanlica (Ottoman’s Turkish Languange). Saya yang baru bergabung dengan
sebuah kursus bahasa Ottoman ini terlalu excited,
sehingga ingin lekas membeli bukunya. (Nanti mungkin saya akan buat tutorial
belajar bahasa Turki kemudian bahasa Ottoman. Mohon do’anya)
Saya sadar, hari itu adalah hari
Jum’at. Pada saat yang bersamaan, saya sedang menunaikan ibadah shaum. Wait! Jangan dulu men-judge saya melakukan amalan yang haram
ya –berpuasa di hari Jum’at--. Saya sedang belajar menunaikan ibadah shaum nabi
Daud, teman saya mengajak saya untuk mulai membiasakannya. Saya sebenarnya
merasa tidak enak, karena secara otomatis saya tidak dapat menghormati sang
tuan rumah dengan mencicipi hidangan yang telah dipersiapkan sedemikian rupa. Lalu
saya memutuskan untuk beranjak undur diri, karena setelah saya menghubungi
pihak firma pengiriman paket mereka buka hingga pukul 19.00 waktu setempat, dan
saat itu waktu telah menunjukkan pukul 17.00.
Inilah Paket Saya! |
“Masih ada waktu.”, ujar saya pada
diri sendiri.
“Jangan lah. Buka dulu aja disini,
baru berangkat.”, ujar sang tuan rumah.
Saya sangat tidak enak untuk
menolaknya.
“Baiklah J”, jawab saya.
Saya lekas mengambil air wudhu dan
menunggu waktu adzan magrib tiba, sehingga saya bisa bergegas shalat lalu
membatalkan shaum dilanjutkan mengambil buku saya tersebut. Alhamdulillah semua
berjalan lancar, kecuali satu hal. Bis menuju tempat tujuan saya sangatlah jarang.
Ditambah lagi tempat tersebut belum pernah saya jamah sebelumnya. Bermodalkan screenshots menggunakan wi-fi dirumah Ibu yang tadi rumahnya
saya datangi, saya berjalan kaki menuju tempat tujuan.
“Hanya dua halte. Semangat Witsqa!”,
ujar saya menyemangati diri sendiri.
Entah sejak kapan saya menjadi
sering ber-monolog seperti itu.
Setelah berjalan melewati sebuah
halte bis, saya memberanikan diri untuk bertanya kepada supir taksi yang sedang
asyik memainkan telepon genggamnya.
“Merhabalar. Iyi aksamlar abi. Bi soru sorabilir miyim? Hollanda Caddesine
nasil gidebilirim?1”, tanya saya.
Bak menghadapi seorang difabel, ia
hanya menunjukkan sebuah isyarat bahwa saya harus berjalan lurus kemudian
berbelok. Untung saya tidak nyinyir kali itu. Setelah saya konfirmasi kembali, di
belokan pertama-lah saya akan berbelok.
Setelah sampai pada persimpangan
jalan yang dimaksud, ditemani langit yang semakin kehilangan cahayanya dengan sedikit
rasa takut saya memilah-milah yang mana orang yang bisa saya saya tanya. Sasaran
saya hanya perempuan.
Dengan pakaian yang tertutup rapat
seluruhnya berhiaskan rambut panjang kecoklatan yang tergerai indah, sambil
membawa tas lengan yang tidak terlalu besar, ia berjalan sedikit dengan
kecepatan diatas normal. Namun saya (harus) menghentikan langkahnya, karena
saya tidak akan dapat menemukan lagi orang lain setelahnya, sepi. Setelah saya
menyampaikan maksud, tujuan, serta pertanyaan saya, beliau mengangguk sembari
merekahkan senyuman di bibirnya.
“Saya juga akan melewati jalan
tersebut. Rumah saya didaerah setelah alamat yang kamu maksudkan (kalau saya
tidak salah).”, begitu responnya.
Saya sangat berbahagia. Ingin rasanya
berjingkrak-jingkrak kesenangan detik itu juga, namun urung. Ia yang takut
membawa saya menuju jalan yang salah bertanya ke seorang pedagang di sebuah
kios terdekat. Lalu, kami pun mengikuti petunjuk arahnya. Takut kami semakin
berjalan menuju kearah yang salah. Dan.....ternyata kami benar berada di jalan
yang salah. Lagi, kami bertanya pada warga setempat, kemudian kami berjalan sesuai
dengan yang diarahkan. Ia memang tinggal di wilayah tersebut, namun pengakuannya
ia tak pernah menjelajah sekitarnya.
Dirasa sudah out of track menuju jalan pulang kerumahnya, saya mempersilahkan ia
untuk melanjutkan perjalanan pulangnya saja. Namun ia bersikeras ingin
mengantar saya,
“Tidak. Saya yang awalnya
menunjukkan jalan ke kamu. Kalau kamu sampai tersesat, saya akan merasa sangat
bersalah. Ditambah lagi ini sudah gelap dan kamu perempuan. Lagipula saya
sangat sering tersesat, makanya saya tahu betul bagaimana rasanya.”, ucapnya
meyakinkan saya.
Subhanallah walhamdulillah walaa
ilahailallah wallahu akbar. Saya sangat terharu. Tak henti-hentinya saya
mengucap syukur didalam hati, dan tak lupa menyapaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya pada dirinya. Ia Allah SWT takdirkan untuk bertemu dengan
saya, membimbing dan membantu saya menuju jalan yang benar. Kerinduan saya akan
hadirnya orang yang berbaik hati seolah meletus sudah.
Sudah hampir seminggu itu saya
sangat merindukan teman-teman Turki saya. Kami berpisah karena kebanyakan dari
mereka telah menyelesaikan studinya dan kembali ke kota asalnya, dimana mereka
bisa menemukan keluarganya. Karena kesalahan teknis pada telepon genggam saya,
saya kehilangan semua kontak. Sangat sedih. Mereka adalah teman-teman saya yang
sangat baik, yang sudah saya anggap seperti kakak perempuan saya sendiri,
terlebih saya memang sangat menginginkan memiliki kakak perempuan. Hey kalian, my sissy! Miss you so much!
Setelah perjalanan panjang,
bolak-balik salah berbelok, Alhamdulillah Allah mempercepat kami untuk tiba di
tempat tujuan saya. Tak tahu lagi apa yang harus saya katakan, yang jelas saya
sangat beruntung dipertemukan dengannya. Terima kasih telah membantu saya! Terima
kasih atas segala obrolan kecil yang kita lakukan di sepanjang perjalanan! Terima
kasih kamu telah memudahkan saya! Semoga Allah SWT selalu memudahkan setiap
langkahmu. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.
Catatan kaki:
1 Terjemah: Halo.
Selamat malam, bang. Bolehkah saya bertanya? Bagaimana cara menuju jalan
Hollanda?
0 komentar:
Post a Comment
Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih