*

Pages

Wednesday 23 November 2016

Ia Hadir Karena Sebuah Alasan

Assalamu ‘alaikum wr. wb. Udah lama tidak beradu jari diatas laptop lagi nih diriku ini. Maaf terlalu lama vakum. Alhamdulillah pada kesempatan kali ini saya bermaksud menceritakan sebuah kejutan dari Allah SWT yang tak pernah saya sangka-sangka.
Jum’at / 11 November 2016
Beberapa minggu yang lalu, tepatnya pada hari Jum’at, saya dan beberapa teman putri lainnya bersilaturahmi ke seorang Ibu muda nan cantik di kota Ankara. Tiba-tiba saya dikejutkan dengan sebuah dering, tanda pesan singkat diterima,
‘LL***** NOLU KARGONUZ ADRESINE GETIRILMISTIR. BULUNAMADIGINIZDAN SUBEMIZDE BEKLETILMEKTE OLUP, YARIN ALMANIZ RICA OLUNUR.......’
Yang kurang lebih artinya pesanan paket saya telah tiba, namun dikarenakan saya tidak berada ditempat, maka paket sementara disimpan di pos yang bersangkutan dan saya diminta untuk mengambilnya di keesokan harinya.
Isinya hanya beberapa buku yang saya beli secara online. Yap, buku-buku pelajaran Osmanlica (Ottoman’s Turkish Languange). Saya yang baru bergabung dengan sebuah kursus bahasa Ottoman ini terlalu excited, sehingga ingin lekas membeli bukunya. (Nanti mungkin saya akan buat tutorial belajar bahasa Turki kemudian bahasa Ottoman. Mohon do’anya)
Saya sadar, hari itu adalah hari Jum’at. Pada saat yang bersamaan, saya sedang menunaikan ibadah shaum. Wait! Jangan dulu men-judge saya melakukan amalan yang haram ya –berpuasa di hari Jum’at--. Saya sedang belajar menunaikan ibadah shaum nabi Daud, teman saya mengajak saya untuk mulai membiasakannya. Saya sebenarnya merasa tidak enak, karena secara otomatis saya tidak dapat menghormati sang tuan rumah dengan mencicipi hidangan yang telah dipersiapkan sedemikian rupa. Lalu saya memutuskan untuk beranjak undur diri, karena setelah saya menghubungi pihak firma pengiriman paket mereka buka hingga pukul 19.00 waktu setempat, dan saat itu waktu telah menunjukkan pukul 17.00.

Inilah Paket Saya!

“Masih ada waktu.”, ujar saya pada diri sendiri.
“Jangan lah. Buka dulu aja disini, baru berangkat.”, ujar sang tuan rumah.
Saya sangat tidak enak untuk menolaknya.
“Baiklah J”, jawab saya.
Saya lekas mengambil air wudhu dan menunggu waktu adzan magrib tiba, sehingga saya bisa bergegas shalat lalu membatalkan shaum dilanjutkan mengambil buku saya tersebut. Alhamdulillah semua berjalan lancar, kecuali satu hal. Bis menuju tempat tujuan saya sangatlah jarang. Ditambah lagi tempat tersebut belum pernah saya jamah sebelumnya. Bermodalkan screenshots menggunakan wi-fi dirumah Ibu yang tadi rumahnya saya datangi, saya berjalan kaki menuju tempat tujuan.
“Hanya dua halte. Semangat Witsqa!”, ujar saya menyemangati diri sendiri.
Entah sejak kapan saya menjadi sering ber-monolog seperti itu.
Setelah berjalan melewati sebuah halte bis, saya memberanikan diri untuk bertanya kepada supir taksi yang sedang asyik memainkan telepon genggamnya.
Merhabalar. Iyi aksamlar abi. Bi soru sorabilir miyim? Hollanda Caddesine nasil gidebilirim?1”, tanya saya.
Bak menghadapi seorang difabel, ia hanya menunjukkan sebuah isyarat bahwa saya harus berjalan lurus kemudian berbelok. Untung saya tidak nyinyir kali itu. Setelah saya konfirmasi kembali, di belokan pertama-lah saya akan berbelok.
Setelah sampai pada persimpangan jalan yang dimaksud, ditemani langit yang semakin kehilangan cahayanya dengan sedikit rasa takut saya memilah-milah yang mana orang yang bisa saya saya tanya. Sasaran saya hanya perempuan.
Dengan pakaian yang tertutup rapat seluruhnya berhiaskan rambut panjang kecoklatan yang tergerai indah, sambil membawa tas lengan yang tidak terlalu besar, ia berjalan sedikit dengan kecepatan diatas normal. Namun saya (harus) menghentikan langkahnya, karena saya tidak akan dapat menemukan lagi orang lain setelahnya, sepi. Setelah saya menyampaikan maksud, tujuan, serta pertanyaan saya, beliau mengangguk sembari merekahkan senyuman di bibirnya.
“Saya juga akan melewati jalan tersebut. Rumah saya didaerah setelah alamat yang kamu maksudkan (kalau saya tidak salah).”, begitu responnya.
Saya sangat berbahagia. Ingin rasanya berjingkrak-jingkrak kesenangan detik itu juga, namun urung. Ia yang takut membawa saya menuju jalan yang salah bertanya ke seorang pedagang di sebuah kios terdekat. Lalu, kami pun mengikuti petunjuk arahnya. Takut kami semakin berjalan menuju kearah yang salah. Dan.....ternyata kami benar berada di jalan yang salah. Lagi, kami bertanya pada warga setempat, kemudian kami berjalan sesuai dengan yang diarahkan. Ia memang tinggal di wilayah tersebut, namun pengakuannya ia tak pernah menjelajah sekitarnya.
Dirasa sudah out of track menuju jalan pulang kerumahnya, saya mempersilahkan ia untuk melanjutkan perjalanan pulangnya saja. Namun ia bersikeras ingin mengantar saya,
“Tidak. Saya yang awalnya menunjukkan jalan ke kamu. Kalau kamu sampai tersesat, saya akan merasa sangat bersalah. Ditambah lagi ini sudah gelap dan kamu perempuan. Lagipula saya sangat sering tersesat, makanya saya tahu betul bagaimana rasanya.”, ucapnya meyakinkan saya.
Subhanallah walhamdulillah walaa ilahailallah wallahu akbar. Saya sangat terharu. Tak henti-hentinya saya mengucap syukur didalam hati, dan tak lupa menyapaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada dirinya. Ia Allah SWT takdirkan untuk bertemu dengan saya, membimbing dan membantu saya menuju jalan yang benar. Kerinduan saya akan hadirnya orang yang berbaik hati seolah meletus sudah.
Sudah hampir seminggu itu saya sangat merindukan teman-teman Turki saya. Kami berpisah karena kebanyakan dari mereka telah menyelesaikan studinya dan kembali ke kota asalnya, dimana mereka bisa menemukan keluarganya. Karena kesalahan teknis pada telepon genggam saya, saya kehilangan semua kontak. Sangat sedih. Mereka adalah teman-teman saya yang sangat baik, yang sudah saya anggap seperti kakak perempuan saya sendiri, terlebih saya memang sangat menginginkan memiliki kakak perempuan. Hey kalian, my sissy! Miss you so much!
Setelah perjalanan panjang, bolak-balik salah berbelok, Alhamdulillah Allah mempercepat kami untuk tiba di tempat tujuan saya. Tak tahu lagi apa yang harus saya katakan, yang jelas saya sangat beruntung dipertemukan dengannya. Terima kasih telah membantu saya! Terima kasih atas segala obrolan kecil yang kita lakukan di sepanjang perjalanan! Terima kasih kamu telah memudahkan saya! Semoga Allah SWT selalu memudahkan setiap langkahmu. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.
  

Catatan kaki:

1 Terjemah: Halo. Selamat malam, bang. Bolehkah saya bertanya? Bagaimana cara menuju jalan Hollanda?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih

Search in This Blog

Pesan untuk Penulis

Name

Email *

Message *

Another Blog

Tulisan Terbaru!

Witsqa Masak: Yumurtali Patates

DISCLAIMER!  Witsqa Masak merupakan kumpulan resep yang terhitung berhasil untuk dipraktekkan oleh saya. Sumber resepnya sendiri bisa berasa...