“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung
silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak
serta keluarganya akan mencintainya.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58,
Hasan)
Dalam sebuah sumber menyatakan, selama ini kita
salah kaprah dalam memaknai dan mengartikan definisi silaturahim. Menjalin
silaturahim adalah istilah khusus untuk berkunjung kepada orangtua, saudara
atau kerabat. Jadi bukanlah istilah umum untuk mengunjungi orang sholeh, teman
ataupun tetangga. Sehingga yang dimaksud silaturahim akan memperpanjang umur
adalah untuk maksud berkunjung kepada orangtua dan kerabat.
(source:www.rumaysho.com/akhlaq/keutamaan-silaturahmi-1894.html)
(source:www.rumaysho.com/akhlaq/keutamaan-silaturahmi-1894.html)
Hari kemenangan umat muslim biasa dimanfaatkan
oleh seluruh warga Indonesia sebagai momen untuk bersilaturahim dan tak lupa
melaksanakan ‘ritual’ yang kita kenal dengan istilah mudik. Anyway, dari tadi saya nulisnya
silaturahim melulu, kalian rada kebingungan gak sih? Karena emang, seharusnya
kita menyebutnya dengan silaturahim, bukan silaturahmi. Istilah silaturahim
berasal dari shilatu rahima, yang memiliki arti satu rahim. Adapun kalau dengan
sesama muslim disebut sebagai ukhuwah.
Allahu Akbar… Allahu Akbar…Allahu Akbar…Laa ilaaha ilallah..hu allahu
akbar.. Allahu Akbar wa lillah ilham….. Getaran senandung takbir disertai tahlil
mengudara menggema merasuki lubang telinga yang menyebabkan gendang telinga
bergetar dan sampai ke rumah siput yang pada akhirnya getaran bunyi tersebut
diterima oleh saraf auditori yang berakhir di otak. 1 Syawal 1436 H kali ini
berbeda dari tahun sebelumnya. Istimewa. Atau perlu saya katakan sangat istimewa!
Alhamdulillah saya diberikan rezeki kenikmatan untuk bisa berkumpul bersama
keluarga di tanah air tercinta setelah hampir dua tahun tidak pernah saling
bertatap muka.
Silaturahim dengan keluarga dari Baleendah (meski tidak semua hadir dan ada didalam foto) |
Tepat pada hari pertama bulan Syawal keluarga
kecil kami memutuskan untuk melakukan safar ke kampung halaman. Desa yang saya
cintai. Yang amat saya rindukan. Tidak hanya keluarga kecil kami tentunya,
ditemani dengan keluarga paman dari pihak ayah, lengkaplah sudah perjalanan
kami yang disertai gelak tawa tanpa terbesit sedikitpun perasaan bosan apalagi
mabuk perjalanan.
Tibalah kami ditempat tujuan tepat di
penghujung hari. Belum tengah malam memang, namun rasa lelah yang menguasai
sekujur tubuh malam itu membuat saya mengaku kalah dan langsung jatuh tertidur
tepat setelah melaksanakan shalat dan makan malam. Mata ini udah kayak diberi
bumbu cabe. Pedih. Minta beristirahat.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kami sudah
dibuat bangun. Selain menjadi pejuang subuh, kami diminta untuk bergegas untuk
bersiap, karena akan melakukan perjalanan silaturahim.
“Pagi banget Bu mandinya.. Masih dingin…”,
keluh saya.
“Eeeeh… Ayo buruan. Biar gak ngantri.”,
jawabnya singkat.
Laksana kucing yang menggeliat ketika bangun
tidur, saya malas-malas-menjalankan komando dari komandan Ibu.
Perjalanan silaturahim pun dimulai..
Setelah ziarah, kami bersilaturahim dengan kakek dan nenek (sunda. aki sareng nini ti gigir) |
Kami melakukan outbound dengan sarana yang telah Allah SWT sediakan di alam-Nya |
Potret kebahagiaan berkumpul bersama keluara besar dari Tasikmalaya |
kumpul sama keluarga bonus outbound gratis, siapa yang gak suka |
Uniknya dari silaturahim saya ini adalah saya
sesekali tidak mengenal samasekali saudara kami yang berada disana, hingga
akhirnya kami berkenalan dan menjadi dekat. Daaaaan… saya merasa sangaaaaat
senang. Karena ternyata saya memiliki segudang saudara (disamping sesame muslim
memang bersaudara).
Beberapa hari kemudian kami memutuskan untuk
kembali ke kota parahyangan tercinta. Dan kami melanjutkan petualangan
silaturahim kami. Karena kami adalah pejuang silaturahim…
Yeayyy, finally ketemu AA dan teteh. You dont know how happy am I |
Senyum terbaik yang kami berikan, sebagai bukti kebahagiaan dipersatukannya hati-hati kami berbeda |
Setiap senyuman yang terkembang seolah
menjelmakan hati ini yang dulunya hanya bisa tenang, kini membuncah. Dibuncahi
oleh kebahagiaan. Kebahagiaan atas kebersamaan jalinan silaturahim.
Maka dari itu jagalah silaturahim, karena
secara psikis juga baik dan menghasilkan hormon endorphin bagi saya khususnya.
Namun menjaga ukhuwah Islamiyah juga tak kalah penting loh. WFAJ
0 komentar:
Post a Comment
Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih