*

Pages

Wednesday 29 July 2015

Pejuang Silaturahim

“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, Hasan)

Dalam sebuah sumber menyatakan, selama ini kita salah kaprah dalam memaknai dan mengartikan definisi silaturahim. Menjalin silaturahim adalah istilah khusus untuk berkunjung kepada orangtua, saudara atau kerabat. Jadi bukanlah istilah umum untuk mengunjungi orang sholeh, teman ataupun tetangga. Sehingga yang dimaksud silaturahim akan memperpanjang umur adalah untuk maksud berkunjung kepada orangtua dan kerabat.
(source:www.rumaysho.com/akhlaq/keutamaan-silaturahmi-1894.html)
Hari kemenangan umat muslim biasa dimanfaatkan oleh seluruh warga Indonesia sebagai momen untuk bersilaturahim dan tak lupa melaksanakan ‘ritual’ yang kita kenal dengan istilah mudik. Anyway, dari tadi saya nulisnya silaturahim melulu, kalian rada kebingungan gak sih? Karena emang, seharusnya kita menyebutnya dengan silaturahim, bukan silaturahmi. Istilah silaturahim berasal dari shilatu rahima, yang memiliki arti satu rahim. Adapun kalau dengan sesama muslim disebut sebagai ukhuwah.
Allahu Akbar… Allahu Akbar…Allahu Akbar…Laa ilaaha ilallah..hu allahu akbar.. Allahu Akbar wa lillah ilham….. Getaran senandung takbir disertai tahlil mengudara menggema merasuki lubang telinga yang menyebabkan gendang telinga bergetar dan sampai ke rumah siput yang pada akhirnya getaran bunyi tersebut diterima oleh saraf auditori yang berakhir di otak. 1 Syawal 1436 H kali ini berbeda dari tahun sebelumnya. Istimewa. Atau perlu saya katakan sangat istimewa! Alhamdulillah saya diberikan rezeki kenikmatan untuk bisa berkumpul bersama keluarga di tanah air tercinta setelah hampir dua tahun tidak pernah saling bertatap muka.
Silaturahim dengan keluarga dari Baleendah (meski tidak semua hadir dan ada didalam foto)
Tepat pada hari pertama bulan Syawal keluarga kecil kami memutuskan untuk melakukan safar ke kampung halaman. Desa yang saya cintai. Yang amat saya rindukan. Tidak hanya keluarga kecil kami tentunya, ditemani dengan keluarga paman dari pihak ayah, lengkaplah sudah perjalanan kami yang disertai gelak tawa tanpa terbesit sedikitpun perasaan bosan apalagi mabuk perjalanan.
Tibalah kami ditempat tujuan tepat di penghujung hari. Belum tengah malam memang, namun rasa lelah yang menguasai sekujur tubuh malam itu membuat saya mengaku kalah dan langsung jatuh tertidur tepat setelah melaksanakan shalat dan makan malam. Mata ini udah kayak diberi bumbu cabe. Pedih. Minta beristirahat.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kami sudah dibuat bangun. Selain menjadi pejuang subuh, kami diminta untuk bergegas untuk bersiap, karena akan melakukan perjalanan silaturahim.
“Pagi banget Bu mandinya.. Masih dingin…”, keluh saya.
“Eeeeh… Ayo buruan. Biar gak ngantri.”, jawabnya singkat.
Laksana kucing yang menggeliat ketika bangun tidur, saya malas-malas-menjalankan komando dari komandan Ibu.
Perjalanan silaturahim pun dimulai..
Setelah ziarah, kami bersilaturahim dengan kakek dan nenek (sunda. aki sareng nini ti gigir)

Kami melakukan outbound dengan sarana yang telah Allah SWT sediakan di alam-Nya

Potret kebahagiaan berkumpul bersama keluara besar dari Tasikmalaya

kumpul sama keluarga bonus outbound gratis, siapa yang gak suka
Uniknya dari silaturahim saya ini adalah saya sesekali tidak mengenal samasekali saudara kami yang berada disana, hingga akhirnya kami berkenalan dan menjadi dekat. Daaaaan… saya merasa sangaaaaat senang. Karena ternyata saya memiliki segudang saudara (disamping sesame muslim memang bersaudara).
Beberapa hari kemudian kami memutuskan untuk kembali ke kota parahyangan tercinta. Dan kami melanjutkan petualangan silaturahim kami. Karena kami adalah pejuang silaturahim…
Yeayyy, finally ketemu AA dan teteh. You dont know how happy am I
Senyum terbaik yang kami berikan, sebagai bukti kebahagiaan  dipersatukannya hati-hati kami berbeda 
Setiap senyuman yang terkembang seolah menjelmakan hati ini yang dulunya hanya bisa tenang, kini membuncah. Dibuncahi oleh kebahagiaan. Kebahagiaan atas kebersamaan jalinan silaturahim.

Maka dari itu jagalah silaturahim, karena secara psikis juga baik dan menghasilkan hormon endorphin bagi saya khususnya. Namun menjaga ukhuwah Islamiyah juga tak kalah penting loh. WFAJ
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih

Search in This Blog

Pesan untuk Penulis

Name

Email *

Message *

Another Blog

Tulisan Terbaru!

Witsqa Masak: Yumurtali Patates

DISCLAIMER!  Witsqa Masak merupakan kumpulan resep yang terhitung berhasil untuk dipraktekkan oleh saya. Sumber resepnya sendiri bisa berasa...