*

Pages

Monday 6 April 2015

Kusimpan mimpi itu, Allah SWT wujudkannya dengan cara yang tak terduga



“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” – Bung karno


Bismillah…
Apa kabar, kawan-kawan? Semoga selalu sehat yaaaaa J

17 Agustus 2014 adalah hari kemerdekaan yang sangat berkesan bagi saya. Bagaimana tidak? Siapa yang tidak akan merasa terhormat jika dimintai untuk mengibarkan dan menurunkan sang saka merah putih pada hari kemerdekaan? Ditambah lagi pengibaran dan penurunan bendera merah putih tersebut dilaksanakan di Wisma Duta KBRI Ankara. Yang mana terhitung sama saja dengan mengibarkan bendera di Istana Negara Indonesia. Sungguh mengharukan! Tak menyangka rezeki Illahi yang tak terkira ini akan datang kepada saya. Saya yang hanya seorang mahasiswi yang baru saja menyelesaikan kelas persiapan Bahasa Turki yang akan bersiap memasuki semester pertamanya di Hacettepe University jurusan Matematika murni, yang lebih memilih menghabiskan waktu musim panasnya di kota rantauan Ankara, Turkey dibandingkan kembali ke tanah air.

Dulu sekali saya memang pernah bermimpi untuk menjadi seorang PASKIBRAKA. Namun, mimpi itu terhenti ketika saya sedang duduk di bangku kelas XI SMA dan sangat aktif di ekstrakulikuler PASKIBRA ini harus merelakan untuk melepas apa yang menjadi passionnya. Atas dasar beberapa latar belakang alasan, saya tidak dapat berkutik saat itu dan harus mengikhlaskan meninggalkan dunia per-PASKIBRAan. Namun siapa yang menyangka, Allah SWT mengabulkan keinginan saya di hari lainnya. Ya, kemerdekaan Indonesia yang ke-69 kemarin adalah bentuk dari perwujudan mimpi yang telah lama saya simpan, bahkan itu adalah mimpi yang tidak berani saya harapkan. Ya Allah Ya Rahman..
Dengan bimbingan dari salah seorang utusan dari Athan (Atase Pertahanan ) Ankara untuk Indonesia, Budi Abi1, setiap harinya beliau bersemangat untuk memberikan bimbingan kepada  kami PASKIBRA KBRI Ankara agar dapat mengibarkan bendera di hari kemerdekaan dengan sebaik-baiknya.
Lebih kurang sebulan penuh kami ditempa diberi bimbingan dan setiap harinya kami diharuskan untuk pulang-pergi ke Wisma Duta KBRI Ankara untuk berlatih baris-berbaris dan berlatih mengibarkan maupun menurunkan bendera. Peluh yang kami keluarkan setiap harinya tiada pernah kami keluhkan apalagi disesalkan. Sembilan orang dari kami setiap harinya berlatih, yang nantinya akan diadakan proses penyeleksian atas siapa yang berhak mendapatkan amanah untuk mengibarkan dan menurunkan bendera, pembaca do’a, pembaca UUD 1945, maupun ajudan bagi Pembina upacara. Sembilan orang dari kami adalah Saya (Witsqa), Yulinda, Puppy (putri dari salah seorang staff KBRI Ankara), Janitra, Satria, Ghiyats, Kak Kiki, Kak Arham, dan Kak Ishaq. Beberapa dari kami ada yang sudah saling mengenal satu sama lain, dan ada juga yang hari itu adalah kali pertama saling bertemu, maka disitulah ajang bagi kami untuk memperluas tali silaturahmi.
Jatuh bangun ketika berlatih baris-berbaris setiap harinya, sudah kami rasakan bersama-sama. Tawa, canda, sedih, ketegangan setiap harinya mampu menciptakan kekompakan dalam waktu yang terhitung tidak lama itu. Satu bulan bukanlah waktu yang lama, kami sadar dalam waktu yang singkat tersebut, kami harus berusaha untuk mengharmoniskan langkah dan membangun jiwa korsa dalam diri masing-masing. Namun, itu semua tercipta dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu.
Kebersamaan kami selama berlatih selama kurang lebih satu bulan itu pernah menghadirkan semangat yang telah lama tenggelam, terkubur didalam diri saya. Pada suatu hari, kami semua berencana untuk melakukan gladi kotor dari pagi buta. Jadi mau tidak mau, pagi-pagi sekali kami harus sudah berada di Wisma Duta KBRI Ankara. Dan ketika saya sedang sedikit bersantai ria, mengobrol ringan sambil meminum secangkir teh hangat bersama kawan-kawan yang ada disana, tibalah pelatih kami seraya berkata, “Selamat Pagi!”.
Sedikit berlebihan, namun inilah kenyataannya, saya disitu tersadar bahwa saya merindukan sapaan selamat pagi yang penuh semangat *dalam Bahasa Indonesia*. Ketika saya masih di Indonesia, orang yang sangat rajin menyapa dengan penuh semangat di pagi hari itu tidak lain dan tidak bukan adalah ayah saya tercinta. Saya rindu. Ayah, ade teh sono pisan ka ayah.
Aduh maaf melankolis banget nih.
***
Akhirnya hari H pun tiba, jantung berdegup dengan kencangnya. InshaaAllah, hasil tidak akan mengkhianati proses, saya percaya itu.
Pagi-pagi sekali kami sudah bersiap untuk melaksanakan upacara bendera yang ke-69. Berikut adalah formasi pasukan kami yang telah ditentukan beberapa hari sebelum hari H,
Pasukan pengibar bendera secara umum terdiri dari enam orang, yakni: Saya, Yulinda, Kak Arham, Kak Ishaq, Janitra, dan Ghiyats. Dengan dikomandani Ghiyats, formasi pengibar bendera terdiri atas Kak Ishaq – Yulinda – Ghiyats. Sedangkan untuk penurunan bendera pada sore hari, dengan dikomandani Janitra, formasi penurunan bendera terdiri dari: Janitra – Saya – Kak Arham. Satria bertugas sebagai pembaca UUD 1945, Kak Kiki bertugas sebagai pembaca do’a, dan Puppy bertugas sebagai ajudan Pembina upacara. Kami semua melaksanakan tugas kami masing-masing dengan sebaik-baiknya.
***
Seusai pengibaran bendera dan sembari menunggu waktu penurunan bendera, anak-anak PPI Ankara memberikan persembahan-persembahan hiburan. Dan dari pihak KBRI sendiri melangsungkan pembagian hadiah bagi para juara di acara perlombaan 17an yang diselenggarakan seminggu sebelumnya, yakni 9-10 Agustus 2014 (lihat artikel: http://daily-journal-of-wfa.blogspot.com.tr/2014/12/reportase-17-agustus-2014.html)
Dan Alhamdulillah hari itu saya memborong hadiah juga loooh :D

Berikut adalah Galeri pada tanggal 17 Agustus 2015:
Ketika hunting sepatu untuk digunakan ketika upacara
Tibalah akhirnya hari bersejarah dalam hidup saya

Seragam kehormatan

Collecting Momments

Gagah dan Catik-cantik kan?

Kakak-kakak yeayyyy!

Kondisi Wisma Duta


İnspektur upacara pengibaran bendera


Maju Jalan!


Pengambilan bendera oleh Yulinda

Doorprize keren-keren nih.

Foto bersama seusai upacara pengibaran bendera. Nah loh, kenapa saya gak ada? :P

Amanat dari pembina upacara kita, sekaligus Duta Besar Indonesia untuk Turki, Ibu Nahari Agustina

Pembacaan UUD 1945 oleh Satria


Pasukan kembali menuju tempat semula

Hadirin semua duduk dengan rapi menikmati rangkaian acara yang dipersembahkan

Pak Richard ngapain ya?

Persembahan hiburan dari PPİ Ankara

Hadiahnya begitu menggoda

Juara 2 ganda putri Lomba Bulutangkis

Just Us! Pasukan

Berfoto bersama Pembina dan Pasukan

Prosesi upacara bendera berlangsung dengan sangat khidmat

Formasi upacara penurunan bendera

Potong Tumpeng oleh Bapak Dubes

Juara 1 putri, Lomba Tarik Tambang. Wohooo

Catching momment. Curi-curi kesesmpatan berfoto bersama inspektur upacara, sebelum upacara penurunan bendera

Juara 2 Lomba Balap Karung



Note:
1 Kata Abi disini berasal dari Bahasa Turki “Agabey” (dibaca: Abi) yang memiliki arti kakak, abang, kang.

Thanks to:
Keluarga Besar KBRI Ankara dan PPI Ankara.

Terima Kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Kritik dan saran bisa dilampirkan J
Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan, karena tujuan saya hanya ingin sharing pengalaman.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih

Search in This Blog

Pesan untuk Penulis

Name

Email *

Message *

Another Blog

Tulisan Terbaru!

Witsqa Masak: Yumurtali Patates

DISCLAIMER!  Witsqa Masak merupakan kumpulan resep yang terhitung berhasil untuk dipraktekkan oleh saya. Sumber resepnya sendiri bisa berasa...