“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan
kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia.” – Bung karno
Bismillah…
Apa kabar,
kawan-kawan? Semoga selalu sehat yaaaaa J
17 Agustus 2014 adalah hari kemerdekaan yang sangat berkesan bagi saya.
Bagaimana tidak? Siapa yang tidak akan merasa terhormat jika dimintai untuk
mengibarkan dan menurunkan sang saka merah putih pada hari kemerdekaan?
Ditambah lagi pengibaran dan penurunan bendera merah putih tersebut
dilaksanakan di Wisma Duta KBRI Ankara. Yang mana terhitung sama saja dengan mengibarkan
bendera di Istana Negara Indonesia. Sungguh mengharukan! Tak menyangka rezeki
Illahi yang tak terkira ini akan datang kepada saya. Saya yang hanya seorang mahasiswi
yang baru saja menyelesaikan kelas persiapan Bahasa Turki yang akan bersiap memasuki
semester pertamanya di Hacettepe University jurusan Matematika murni, yang lebih
memilih menghabiskan waktu musim panasnya di kota rantauan Ankara, Turkey
dibandingkan kembali ke tanah air.
Dulu sekali saya memang pernah bermimpi untuk menjadi seorang
PASKIBRAKA. Namun, mimpi itu terhenti ketika saya sedang duduk di bangku kelas
XI SMA dan sangat aktif di ekstrakulikuler PASKIBRA ini harus merelakan untuk
melepas apa yang menjadi passionnya.
Atas dasar beberapa latar belakang alasan, saya tidak dapat berkutik saat itu
dan harus mengikhlaskan meninggalkan dunia per-PASKIBRAan. Namun siapa yang
menyangka, Allah SWT mengabulkan keinginan saya di hari lainnya. Ya,
kemerdekaan Indonesia yang ke-69 kemarin adalah bentuk dari perwujudan mimpi
yang telah lama saya simpan, bahkan itu adalah mimpi yang tidak berani saya
harapkan. Ya Allah Ya Rahman..
Dengan bimbingan dari salah seorang utusan dari Athan (Atase Pertahanan )
Ankara untuk Indonesia, Budi Abi1, setiap harinya beliau bersemangat
untuk memberikan bimbingan kepada kami
PASKIBRA KBRI Ankara agar dapat mengibarkan bendera di hari kemerdekaan dengan
sebaik-baiknya.
Lebih kurang sebulan penuh kami ditempa diberi bimbingan dan setiap harinya kami diharuskan untuk
pulang-pergi ke Wisma Duta KBRI Ankara untuk berlatih baris-berbaris dan
berlatih mengibarkan maupun menurunkan bendera. Peluh yang kami keluarkan
setiap harinya tiada pernah kami keluhkan apalagi disesalkan. Sembilan orang
dari kami setiap harinya berlatih, yang nantinya akan diadakan proses
penyeleksian atas siapa yang berhak mendapatkan amanah untuk mengibarkan dan
menurunkan bendera, pembaca do’a, pembaca UUD 1945, maupun ajudan bagi Pembina
upacara. Sembilan orang dari kami adalah Saya (Witsqa), Yulinda, Puppy (putri
dari salah seorang staff KBRI Ankara), Janitra, Satria, Ghiyats, Kak Kiki, Kak
Arham, dan Kak Ishaq. Beberapa dari kami ada yang sudah saling mengenal satu
sama lain, dan ada juga yang hari itu adalah kali pertama saling bertemu, maka disitulah
ajang bagi kami untuk memperluas tali silaturahmi.
Jatuh bangun ketika berlatih baris-berbaris setiap harinya, sudah kami
rasakan bersama-sama. Tawa, canda, sedih, ketegangan setiap harinya mampu menciptakan
kekompakan dalam waktu yang terhitung tidak lama itu. Satu bulan bukanlah waktu
yang lama, kami sadar dalam waktu yang singkat tersebut, kami harus berusaha
untuk mengharmoniskan langkah dan membangun jiwa korsa dalam diri masing-masing.
Namun, itu semua tercipta dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu.
Kebersamaan kami selama berlatih selama kurang lebih satu bulan itu
pernah menghadirkan semangat yang telah lama tenggelam, terkubur didalam diri saya.
Pada suatu hari, kami semua berencana untuk melakukan gladi kotor dari pagi
buta. Jadi mau tidak mau, pagi-pagi sekali kami harus sudah berada di Wisma
Duta KBRI Ankara. Dan ketika saya sedang sedikit bersantai ria, mengobrol
ringan sambil meminum secangkir teh hangat bersama kawan-kawan yang ada disana,
tibalah pelatih kami seraya berkata, “Selamat Pagi!”.
Sedikit berlebihan, namun inilah kenyataannya, saya disitu tersadar
bahwa saya merindukan sapaan selamat pagi yang penuh semangat *dalam Bahasa
Indonesia*. Ketika saya masih di Indonesia, orang yang sangat rajin menyapa
dengan penuh semangat di pagi hari itu tidak lain dan tidak bukan adalah ayah
saya tercinta. Saya rindu. Ayah, ade teh
sono pisan ka ayah.
Aduh maaf melankolis banget nih.
***
Akhirnya hari H pun tiba, jantung berdegup dengan kencangnya.
InshaaAllah, hasil tidak akan
mengkhianati proses, saya percaya itu.
Pagi-pagi sekali kami sudah bersiap untuk melaksanakan upacara bendera
yang ke-69. Berikut adalah formasi pasukan kami yang telah ditentukan beberapa
hari sebelum hari H,
Pasukan
pengibar bendera secara umum terdiri dari enam orang, yakni: Saya, Yulinda, Kak
Arham, Kak Ishaq, Janitra, dan Ghiyats. Dengan dikomandani Ghiyats, formasi
pengibar bendera terdiri atas Kak Ishaq – Yulinda – Ghiyats. Sedangkan untuk penurunan
bendera pada sore hari, dengan dikomandani Janitra, formasi penurunan bendera
terdiri dari: Janitra – Saya – Kak Arham. Satria bertugas sebagai pembaca UUD
1945, Kak Kiki bertugas sebagai pembaca do’a, dan Puppy bertugas sebagai ajudan
Pembina upacara. Kami semua melaksanakan tugas kami masing-masing dengan sebaik-baiknya.
***
Dan Alhamdulillah hari itu saya memborong
hadiah juga loooh :D
Berikut
adalah Galeri pada tanggal 17 Agustus 2015:
|
Ketika hunting sepatu untuk digunakan ketika upacara |
|
Tibalah akhirnya hari bersejarah dalam hidup saya |
|
Seragam kehormatan |
|
Collecting Momments |
|
Gagah dan Catik-cantik kan? |
|
Kakak-kakak yeayyyy! |
|
Kondisi Wisma Duta |
|
İnspektur upacara pengibaran bendera |
|
Maju Jalan! |
|
Pengambilan bendera oleh Yulinda |
|
Doorprize keren-keren nih. |
|
Foto bersama seusai upacara pengibaran bendera. Nah loh, kenapa saya gak ada? :P |
|
Amanat dari pembina upacara kita, sekaligus Duta Besar Indonesia untuk Turki, Ibu Nahari Agustina |
|
Pembacaan UUD 1945 oleh Satria |
|
Pasukan kembali menuju tempat semula |
|
Hadirin semua duduk dengan rapi menikmati rangkaian acara yang dipersembahkan |
|
Pak Richard ngapain ya? |
|
Persembahan hiburan dari PPİ Ankara |
|
Hadiahnya begitu menggoda |
|
Juara 2 ganda putri Lomba Bulutangkis |
|
Just Us! Pasukan |
|
Berfoto bersama Pembina dan Pasukan |
|
Prosesi upacara bendera berlangsung dengan sangat khidmat |
|
Formasi upacara penurunan bendera |
|
Potong Tumpeng oleh Bapak Dubes |
|
Juara 1 putri, Lomba Tarik Tambang. Wohooo |
|
Catching momment. Curi-curi kesesmpatan berfoto bersama inspektur upacara, sebelum upacara penurunan bendera |
|
Juara 2 Lomba Balap Karung |
Note:
1 Kata Abi disini berasal dari Bahasa
Turki “Agabey” (dibaca: Abi) yang memiliki arti kakak, abang, kang.
Thanks to:
Keluarga
Besar KBRI Ankara dan PPI Ankara.
Terima Kasih.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Kritik dan
saran bisa dilampirkan J
Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan, karena tujuan saya
hanya ingin sharing pengalaman.
0 komentar:
Post a Comment
Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih