Apa kabar
nih kawan-kawan? Semoga selalu sehat yaaaaa J
Pada kesempatan kali ini saya akan share pengalaman, yang saya rasa memberikan
dampak yang sangat luar biasa pada kepribadian dan diri saya. Januari 2015.
Angan terbang melayang. Terbayang sudah segala kebebasan akan penatnya
pelajaran kuliah selama satu semester penuh. Saatnya menghadiahi diri dengan
segala kenyamanan jiwa. Bulan itu bertepatan dengan winter break. Libur yang diberikan selama kurang lebih satu bulan
itu haruslah dimanfaatkan sebaik-baiknya. Rencana demi rencana saya atur sebaik mungkin.
Hasrat untuk berlibur ke kota yang lumrah didatangi ketika musim salju pun
sempat terlintas dalam benak. Tapi ternyata, sebaik-baiknya dan
sesempurna-sesempurnanya manusia berencana masihlah lebih indah rencana Illahi.
Winter break kali ini Alhamdulillah termasuk
kedalam kategori sambil nyelam minum air, disamping berlibur saya menimba ilmu
dan meningkatkan kualitas diri di kota destinasi.
Bagaimana ceritanya? Simak yuk!
Berawal dari keisengan saya menge-check
situs web jurusan saya, yakni jurusan Matematika di Hacettepe University (mat.hacettepe.edu.tr), mengantarkan saya
kepada salah satu pengalaman berharga dalam hidup saya.
Rasa penasaran saya terlahir, dan semakin menjadi ketika menemukan
informasi yang menarik dan membuat mata saya terbelalak. Saya membaca informasi
dari situs web department saya itu mengenai
akan diselenggarakannya sebuah konferensi yang berhubungan dengan cyber-space di kota pelajar, Eskişehir. Eskişehir
merupakan sebuah kota yang cukup kecil namun asri dengan segala kehijauannya. Kenyamanan
yang disuguhkan benar-benar tiada duanya, Masha Allah atas segala anugerah terindah
Illahi ini.
Kembali kepada pokok cerita, saya terus-menerus mem-follow up informasi tentang konferensi tersebut. Berita baiknya,
pihak penyelenggara (Akademik Bilişim 2015) tak hanya akan menyelenggarakan
konferensi, tapi juga pendidikan (kursus) sebelum konferensi . Saya sedikit
kaget, karena pada kenyataannya pendaftaran untuk berpartisipasi pada konferensi
dan/atau pendidikan (kursus) sebelum konferensi itu akan ditutup tepat 5 jam
dari waktu saya membaca informasi tersebut. Konferensi dan/atau pendidikan
(kursus) sebelum konferensi itu bertemakan cyber-space
yang seperti kita ketahui agak merujuk kepada perkomputeran. Setelah membaca
seluruh informasi sedetail mungkin, saya mengajak teman-teman saya untuk ikut berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut. Saya berpikir, kesempatan ini cukup langka. Konferensi
dan pendidikan (kursus) sebelum konferensi yang memiliki konten sangat bagus
dan GRATIS! Namun, sayang sekali
dari semua teman yang saya ajak, agaknya tidak ada satupun yang tertarik.
Jujur, saat itu saya sangat penasaran dan sangat berharap dapat mengikuti
kegiatan yang in sya Allah akan menuai manfaat tersebut. Rasa penasaran saya
itulah yang membawa saya kedalam dunia yang baru. Dunia yang belum pernah saya
temui sebelumnya.
Meski hanya seorang sendiri, saya merasa sangat mantap dengan keputusan
yang telah saya buat. Saya akan tetap pergi berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut meski hanya bisa mengikuti kegiatan pendidikan (kursus) sebelum konferensi
yang diselenggarakan pada tanggal 31 Januari 2015 – 3 Februari 2015 saja. Saya
tidak dapat mengikuti konferensi yang diselenggarakan pada tanggal 4 Februari
2015 - 6 Februari 2015 dikarenakan satu dan lain hal yang mengharuskan saya
segera kembali ke rumah kedua saya di Turki, yakni Ankara.
Banyak pendidikan (kursus) sebelum konferensi yang disuguhkan,
diantaranya: Kriptologi-1, Kriptologi-2,
pengenalan Linux, dan lain sebagainya. Masing-masing calon peserta
dipersilahkan untuk memilih dua pilihan, dengan tujuan jika kapasitas pilihan
pertama yang diajukan itu penuh, maka secara otomatis calon peserta akan
didaftarkan di pilihan kedua. Saya memilih Kriptologi-1 (sebagai pilihan
pertama) dan Buyuk Veri (yang saya kurang paham artinya, sebagai pilihan
kedua). Besar harapan saya untuk dapat diterima di pilihan pertama.
Kenapa saya lebih memilih Kriptologi-1? Ketika dilihat dari semua daftar
kursus yang tersedia, Kriptologi-lah satu-satunya kursus yang ada sedikit
hubungan dengan pelajaran di jurusan saya kedepannya nanti (ada prospek kedepannya
ceunah, ciyeee!). Sebelumnya saya hanya tahu info-info dasar mengenai
Kriptologi, tapi ketika saya memutuskan untuk berpartisipasi dalam kegiatan Akademik Bilişim 2015 ini, secara
tidak langsung saya dituntut untuk menggali lebih dalam informasi mengenai
Kriptologi itu sendiri. Hanya bermodalkan internet di telefon genggam, membawa
saya menjelajahi berbagai informasi yang tak luput dari bantuan mbah gugel J
“Ilmu gratis takkan kita dapatkan
dengan mudah.”, (udah
mah geratis, pengen gampang lagi!
Mana ada?!) Kalimat tersebut menggambarkan keadaan saya saat itu. Yap, baik
konferensi maupun pendidikan (kursus) sebelum konferensi itu memanglah tok-tok’an gratis. Namun, yang gratis
belum tidak dapat kita dapatkan secara instan. Mengapa? Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, ketika itu saya mendaftarkan diri untuk mengikuti kursus
Kriptologi-I dan Alhamdulillah diterima. Eits!
Tidak berhenti sampai disitu. Untuk dapat bergabung secara resmi, kami semua
diharuskan mengikuti serangkaian test secara online. Saya mengikuti setiap instruksi yang disampaikan melalui mailing- list, yang jujur saya agak katrok sama yang begituan. Yang saya
ketahui mailing-list atau yang lebih
nge-trend disebut dengan milis itu adalah sebuah fitur dari email yang mewadahi
komunikasi sebuah kelompok (titik!). Saat itu adalah kali pertama bagi saya ber-mailing
list ria, padahal saya tidak paham betul bagaimana cara kerja sesungguhnya dari
sebuah fitur email tersebut. Seiring berjalannya waktu, saya mulai memahami
cara kerja milis tersebut, Alhamdulillah sekali ya J
Panitia Akademik Bilişim 2015 tersebut menyiapkan lebih dari 30 buah
pertanyaan mengenai Kriptologi yang mana saya hanya bisa menjawab 5 pertanyaan
awal saja. Menyedihkan sekali! Namun, saya sudah memiliki tekad yang bulat,
“Never mind start with Zero, let’s prepare for fulfilling with new knowledges.”,
in sya Allah, semoga Allah SWT memberkahi segala apa yang saya lakukan. Aamiin.
“Cause we never know till we never try” (dikutip dari Buku Sinar Dunia :P).
Setelah melaui proses yang cukup panjang dan mengikuti segala instruksi
yang diberikan. Segala bentuk penyeleksian via online dilakukan, ALHAMDULILLAH SAYA RESMI DITERIMA! Surat
keterangan tanda saya diterima telah dikirimkan melalui e-mail. Saya bisa pergi
ke Eskişehir! Yeayyyy!!! Sungguh kebahagiaan tak terkira, tak lupa syukur saya
ucapkan ke hadirat-Nya. Lalu saya segera bergegas menyelesaikan segala urusan
di Ankara, sebelum saya beranjak dari Ankara, sehingga ketika saya di Eskişehir
saya tidak perlu memikirkan segala urusan yang ada di Ankara. Saya segera membeli
sebuah tiket kereta api express, demi
menghindari kehabisan tiket jika terlalu mendekati hari H.
Semakin dekat menuju hari keberangkatan saya ke Eskişehir. Sedikit demi
sedikit keraguan mulai bermunculan. Rasa sedih dan tidak tega untuk
meninggalkan seorang sahabat saya, Nur Annisa Fitri di Ankara menjadi salah
satu hal yang sedikit memberatkan keputusan saya ini. Ketika sedang berjalan
menuju stasiun kereta api yang terletak di Ulus, tiba-tiba, “Mundur saja wits, gak
usah pergi. Mending diam aja di Ankara. Lagian disana kamu hanya akan sendiri. Belum
tentu lingkungan yang ramah yang akan kamu dapati.” Begitulah bisikan-bisikan
syaitan untuk membuat saya kalah sebelum perang. Tidak! Saya berteriak dalam
hati. Saya tak akan menyerah. Apalagi untuk hal sekecil ini. Saya tak mau mengerjakan
suatu hal setengah-setengah. Saya ingin berusaha melakukan segala hal
semaksimal mungkin semampu yang saya bisa.
Suasana didalam kereta express |
Singkat cerita, saya sudah duduk di gerbong sesuai dengan yang tertera
di karcis saya. Satu setengah jam berlalu begitu saja hingga akhirnya saya tiba
di tempat tujuan. Sekilas saya melihat keluar jendela, kemudian terkaget, “Hah!
Ada teman satu kelas di kelas Bahasa Jerman (laki-laki)?! Lagi sama pacarnya
lagi. Oh no! Malas banget kalau harus berbasa-basi sama dia.”, ujar saya dalam
hati. Saya pun berdoa semoga tidak dipertemukan. Berharap dia tidak menjadi
partisipan kegiatan Akademik Bilişim 2015.
Angin sepoi disertai udara sejuk nan cerah menyambut kedatangan saya di
kota yang terkenal akan makanan ciborek-nya. Ciborek adalah salah satu makanan
terfavorit bagi saya, karena rasanya yang sangat pas di lidah orang Sunda
seperti saya, selain itu cita rasanya sangat menyerupai martabak telur di
Indonesia. Berdasarkan instruksi yang saya dapatkan, seharusnya ada sebuah
angkutan kampus yang bertuliskan Anadolu Universitesi (arti: Universitas
Anadolu) yang akan menjemput peserta dan mengantarkan kami ke asrama yang telah
ditentukan. Mencari dan terus mencari dengan setiap degup jantung yang
mengencang, “Apakah jalan yang aku ambil tadi itu bener?”, begitulah
berulang-ulang pro-kontra pertanyaan terucap dalam pikiran.
Saya terus menelusuri tepian stasiun yang semakin ramai. Sebuah pepatah
Turki mengatakan gokte ararken yerde buldum, yang artinya ketika mencari di
langit, eh tahunya ada di tanah. Alhamdulillah, pada akhirnya saya menemukan
angkutan kampus yang sedari tadi saya cari. Tanpa ragu, segeralah saya menaiki
angkutan tersebut. Tanpa mempedulikan beberapa mata yang memandangi saya, saya
mencari tempat duduk. Dikarenakan angkutan tersebut dipenuhi oleh mahasiswa dan
mahasiswi Turki, agaknya mereka merasa keanehan karena melihat orang asing yang
mengikuti kegiatan bersama mereka. Tak peduli! Tak peduli! Tak peduli!
Setelah me-drop mahasiswi
didepan asrama perempuan, angkutan tersebut pun menancapkan gasnya, pergi
mengantarkan para mahasiswa ke tempat seharusnya. Tak semulus yang saya
bayangkan, sesampainya di asrama kami diharuskan mengurus segala kepentingan
administrasi, yang mana saya terbiasa agak pesimis dengan proses administrasi bagi
saya pribadi di Negara utsmani ini. Karena nama saya yang kurang biasa mereka
dengar sehingga tak jarang mereka kesulitan mencari dan mendata nama saya ini.
Benar saja, nama saya tidak ada didalam daftar. Saya mulai resah dan bertanya
kepada seorang petugas yang kebetulan sedang berkeliling disana, ia pun
menyatakan permintaan maaf karena dia pun bukanlah petugas yang berwenang, yang
kemudian meminta saya untuk menunggu kedatangan petugas administrasi.
Beruntungnya saat itu saya sempat berkenalan dengan seorang gadis Turki bernama
Cansu. Gadis bermimik serius karena padanan kacamata yang bertengger diantara
pangkal hidung disertai jilbab rapi ala gadis Turki pada umumnya ini ternyata cukup ramah. Ia datang dari kota Van yang terkenal
akan kecantikan kucing-kucing berbulu halus nan lembut yang berwarna putih
bersih. Sembari menunggu datangnya petugas administrasi, kami
berbincang-bincang demi mengenal lebih baik satu sama lain. Ternyata, ia sudah
lulus kuliah dan berencana mengambil kursus “Dasar Linux”.
Satu jam berselang, lumayan lah, cuap-cuap satu jam bersama Cansu membuat
waktu terasa berlalu begitu cepat. Dan, inilah yang kami tunggu-tunggu sedari
tadi. Proses administrasi pun dimulai. Loket dibuka. Nampak dua tiga orang
wanita paruh baya tengah mempersiapkan area kerjany. Secara otomatis kami membuat
barisan dengan rapi. Dan seperti yang telah saya duga, dari daftar yang dimiliki
oleh petugas administrasi, disitu tidak terteraan mahasiswi dengan nama Witsqa
Fadhilah Adnan, yang tidak lain dan tidak bukan adalah diri saya.
Cansu menyelesaikan proses administrasinya dengan lancar dan memberikan isyarat
kepada saya, tanda ia harus segera pergi. Lagipula saya tidak sampai hati kalau
harus membuatnya menunggu. Kami saling melambaikan tangan tanda perpisahan
namun berharap dapat dipertemukan kembali di lain kesempatan.
Sepeninggalnya Cansu, saya mulai gelisah. Apa yang harus saya lakukan
jika nama saya tidak tertera didalam daftar? Apakah saya harus kembali ke
Ankara? Hati nurani saya benar-benar menolak pertanyaan terakhir yang saya
lontarkan pada diri saya sendiri tadi. Tapi ternyata, bukan hanya saya yang
namanya tidak tertera didalam daftar. Ada tiga mahasiswi lainnya yang namanya
tidak tercantum didalam daftar peserta. Bedanya, kedua mahasiswi tersebut
datang bersama masing-masing sahabatnya, sehingga saling menunggu satu sama
lain. How sweet! Nah saya? Alone but happy lah ya
Tanpa menunggu lama, akhirnya kami bisa mengurus administrasi dan
dipersilahkan untuk mendatangi tempat istirahat yang telah mereka sediakan.
Satu kamar berisi enam tempat tidur, yang artinya satu kamar harus diisi oleh enam
orang. Apa mau dikata, saya yang hanya datang seorang diri cuma bisa nyempil di
kamar orang.
Hari itu berlalu cukup melelahkan J
And then my new experience begin…
Bersama roomates dan Gülsüm |
Saya satu kamar dengan lima sekawan. Sedikit ada rasa sungkan dan risih
terselip dalam dada. Mereka terlihat sangat akrab dan kenal baik satu sama
lain, sedangkan saya bagaikan kaum Muhajirin yang bahkan ‘agak diacuhkan’ oleh
kaum Anshar. Entah kenapa, first
impression terasa sangat buruk. Menyeramkan. Mencekam. (Maaf terlalu
mendramatisir, wkwk). Ingin kembali ke Ankara rasanya. Namun, saya mencoba
menghibur diri saya sendiri saat itu. Percakapan pertama antara saya dan teman
satu kamar saya pun dimulai dengan pertanyaan yang mereka luncurkan,
“Disariya cikacak misiniz?
(arti: Apakah kamu akan pergi keluar?)”
Saya menjawab, “Evet. (arti:
Ya)”, seraya mengangguk sembari berlalu.
Setelah itu saya bergegas menuju petugas satpam setempat untuk menanyakan
letak keberadaan kantin, tiba-tiba saja ada sepasang sosok yang mendekat dan berusaha
untuk mendapatkan perhatian saya. Saya sedikit terkaget, karena ternyata mereka
adalah roommates saya.
Terjadi sedikit kesalahpahaman diantara kami. Mereka menyangka, kalau
saya itu berpikiran diusir dari kamar. Yang pada kenyataannya saya memang
berencana keluar kamar untuk makan siang. Saya pun berjalan ke kamar untuk
mengambil mantel dan tas punggung bersama-sama dengan mereka. Dan tanpa
disangka mereka memberikan penyambutan yang sangat baik waktu itu. Mereka
memulainya dengan menanyakan nama kemudian mengajak saya untuk ikut dengan
mereka ke pusat kota untuk sekedar
jalan-jalan dan makan (mungkin!). Namun saya menolaknya dengan halus, dengan
alasan saya hanya ingin makan kemudian beristirahat.
Keesokan harinya.
Hari pertama kursus Kriptologi-1. Just
one sentence. It was really great! Meski kami datang sedikit terlambat
dikarenakan hari pertama yang sangat tak terduga. Eh, wait, saya bilang kami ya? Ya, kami disini adalah saya beserta roomates saya. Yap, saya memutuskan
untuk menjadi anak bawang mereka ‘dulu’. Hari pertama saya di kursus Kriptologi
sangat menyenangkan, kami diberikan Introduction
to Cryptology, kemudian dimentori oleh para ahli krypto yang sangat
intelektual namun santai. Begitupun hari kedua, dua hari pertama dari pukul 9
pagi sampai 5 sore, kami dijejali oleh teori-teori kriptologi yang sangat
bermanfaat. Meski tidak sepenuhnya dapat dipahami, tapi cukup untuk menarik my curiousity. Sedikit berbeda pada hari
ketiga dan terakhir. Pada hari ketiga dan terakhir, kami lebih cenderung mengaplikasikan
ilmu kriptoloji tersebut step-by-step.
Nah, buat saya yang masih agak melongo ketika diberikan materi dan segala teori
kriptologi ditambah terkadang menggunakan Bahasa inggris, terkadang pula
menggunakan Bahasa Turki (namun dalam menjelaskan, semua mentor dan para ahli
menggunakan Bahasa Turki) cuma bisa duduk manis dan memperhatikan, berharap
setidaknya ada materi yang nyangkut di kepala. Dan memang, yang paling berkesan
itu ketika memasuki praktikum.
Setidaknya ketika praktikum, just follow
the instructions, you will get what your teacher wanna get. Hehehe
Alhamdulillah ya.
How about progress pertemanan saya sama roommates
saya? Alhamdulillah semakin hari semakin baik. Bahkan mereka selalu menunggu
dan mengajak saya kemanapun mereka pergi. Oh iya hampir lupa, saya belum
memperkenalkan mereka, roommates saya
ada kind-hearted Nazli, beautiful Berfin dan Yasemin, boys-like Gozde, dan yang terakhir smart Nurseda. Gak cuma mereka, ada
teman dekat kami yang lain yakni Gulsum dan Tugba. Mau tahu kabar baiknya apa?
Roommates dan Tugba, semuanya orang Ankara dan berkuliah di Ankara!! Wohoo. Betapa
sempitnya negeri ini. Semakin cocok lah kami, setelah mengetahui ternyata satu
kamar itu berisi orang Ankara semua J Kecuali secara jurusan, mereka
semua teknik komputer sedangkan saya matematika.
Ngopi dulu biar gaul. Hahaha |
Sedikit kesenjangan saya rasakan sepanjang acara itu adalah ketika saya
bertanya, “Anda kelas berapa? Jurusannya apa?”
1 kuruş |
Kebanyakan dari mereka menjawab, “Saya sudah lulus/kelas empat/kelas
tiga/kelas dua”, tidak saya temukan anak sebaya saya, yaaa maksudnya anak kelas
satu. Dan mayoritas yang datang pun dari jurusan Teknik Komputer atau
Pendidikan Komputer. Makanya, ketika saya mengetahui Gulsum jurusan Matematika
Science di Yildiz Technical University, Istanbul, saya merasa sangat senang.
Serasa ada teman seperjuangan matematika. Hihihi. Selain itu, dari semua teman
yang saya kenal, aura yang Gulsum pancarkan itu masya Allah sekali positif, ia
menganggap saya seperti adiknya, menyayangi saya, dan kasih sayangnya itu amat
sangat terasa. Dan saya sangat senang bisa berkenalan dengan dia. Bahkan dia
memberikan uang 1 kurus kepada saya, yang mana uang 1 kurus seperti itu sudah
tidak beredar lagi di masyarakat setempat. Karena nominal terkecil mereka saat
ini adalah 5 kuruş. Alhamdulillah atas segala karunia yang Allah SWT berikan
kepada saya.
Oh iya, diawal cerita saya mengatakan bahwa saya seolah melihat teman
kelas Bahasa Jerman bersama dengan pacarnya kan? Yap, ternyata ia juga
mengikuti kegiatan ini. Dan lebih kebetulannya lagi dia adalah kekasih dari
salah seorang roommates saya. Tercengang saya setelah mengetahuinya. Namun
ternyata, dia tidak ingat sama sekali pernah satu kelas sama saya. Hehehe,
apakah saya terlalu perhatian sama teman sekelas, ya(?)
Hari terakhir. Jika ada pertemuan pastilah akan ada perpisahan.
Hari itu kursus selesai lebih larut daripada yang dijadwalkan. Mengapa?
Karena kami semua menikmati materi-materi, ilmu-ilmu terakhir yang
mentor-mentor berikan. Buncahan gelak tawa memenuhi seisi ruangan.
Menghangatkan hari yang seharusnya terasa dingin. Biasa, hari terakhir selalu
jadi penutup paling indah. Sedikit kesedihan terpancar dalam dada. Tak ingin
rasanya meninggalkan keluarga #ab2015 ini.
keluarga Kriptoloji |
Keesokkan harinya, saya berpamitan kepada teman-teman saya dan saya
menelpon kakak kelas saya dan bilang jikalau saya hendak kembali ke Ankara. Dan
saya yang memang sudah berjanji akan bertemu dengan kakak kelas saya tersebut.
Saya memutuskan untuk kembali ke Ankara dengan menggunakan bis, selain harganya
lebih murah, jika ingin menggunakan bis menuju Ankara tidak mengharuskan saya
untuk memesan tiketnya dari jauh-jauh hari. Detik itu juga saya beli tiketnya,
kurang lebih setengah jam kemudian saya sudah bisa berangkat kembali ke kampung
halaman, Ankara.
Sesampainya saya di stasiun terlihat lelaki berwajah khas Asia yang
sedang bersandar ke sepedanya sedang berdiri seolah menunggu kedatangan
seseorang. Tidak salah lagi. Itu adalah kakak kelas saya. Awkward moment, saya yang agak jarang berbicara dengan beliau ini
hanya bertanya dan memberikan jawaban secara kaku. Kemudian ia berkata,
“Oh iya ini..”, ucapnya sembari mengubek-ubek seraya mencari sesuatu
didalam tas punggungnya.
Kemudian tangannya memegang suatu kotak, memberikan isyarat untuk saya
mengambilnya.
“Ini oleh-oleh dari Eskisehir. Barangkali nanti dijalan kamu laper.”,
kemudian kami saling berpisah.
Terharu. Hanya satu kata yang dapat mendeskripsikan perasaan saya saat
itu. Karena saya gak bisa memberikan apa-apa buat beliau. Semoga Allah SWT
melimpahkan segala rezekinya, aamiin.
Ya. Winter break saya berlalu
dengan indah. Meski saya tidak benar-benar liburan. Setidaknya perjalanan saya
kali itu membawa saya menuju ikatan tali silaturahmi yang baru. Mengenal orang
baru. Mendapatkan ilmu baru. Dan lebih merasa bersyukur.
Terima
Kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Kritik dan
saran bisa dilampirkan J
Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan, karena tujuan saya
hanya ingin sharing pengalaman.
Inspiring power.......countinues your dreams....good luck!!!
ReplyDeleteSiap, Captain!
Delete