*

Pages

Wednesday 28 January 2015

Reportase 17 Agustus 2014


Bismillah…
Apa kabar nih kawan-kawan sekalian? Semoga selalu sehat yaaaaa J
Tahun ini adalah kali pertama bagi saya melaksanakan dan mengikuti kemeriahan Dirgahayu Indonesia yang bertempat bukan di tanah pertiwi. 17 Agustus 2014 yang bertepatan dengan Dirgahayu Indonesia ke-69 ini memberikan kesan indah tersendiri bagi saya. Semarak kemerdekaan yang biasanya dibarengi dengan keriaan bermacam-macam lomba ini, disajikan berbeda dan sangat menarik di Wisma Duta Ankara, Turkey ini. Mau tau apa saja yang menarik dari kegiatan mahasiswa dan warga Indonesia dalam mengikuti perlombaan 17 Agustus di ibu kota Negara dua benua ini? Yuk simak terus tulisan saya J



Foto diambil dari instagram teh Entang
Sebenarnya, kegiatan 17 Agustus kali itu bertepatan dengan Summer Holiday, maka dari itu, kebanyakan dari mahasiswa yang berdomisili di Ankara bepergian. Entah untuk sekedar berlibur mengelilingi kota-kota di Turki ataupun berlibur kembali ke kampung halaman, tanah air tercinta kita, Indonesia. Bahkan ada pula yang mengikuti summer course dan magang. Sehingga, dikala itu jumlah mahasiswa/I Indonesia yang ada bisa terhitung jari. Hehehe….

Seyogyanya, perlombaan 17 Agustus itu dilaksanakan bertepatan dengan tanggal kemerdekaan. Namun, hal yang berbeda dilakukan oleh warga Indonesia di tanah utsmani ini. Kegiatan perlombaan 17 Agustus yang dilaksanakan di Wisma Duta yang bertempat di kawasan Oran ini dilaksanakan pada hari Sabtu sampai dengan Minggu pada tanggal 9-10 Agustus 2014. Mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia Ankara (PPI Ankara) bekerja sama dengan staff Kedutaan Besar Republik Indonesia Ankara (KBRI Ankara) selaku event organizer untuk menyusun serangkaian acara perlombaan agar terbungkus rapi dan menarik.
Berbagai lomba yang diselenggarakan, diantaranya:
·         Lomba makan simit
·         Balap Kelereng
·         Lomba bulutangkis
·         Lomba Volley
·         Lomba Gaple
·         Tarik tambang
-     Balap Karrung
·         Lomba tenis meja
·         Lomba Ketangkasan
Seperti yang kita semua ketahui, lomba makan kerupuk adalah perlombaan wajib yang selalu ada dan tak pernah terlewatkan setiap tahunnya. Berbeda dengan yang kami lakukan disini. Dikarenakan faktor kerupuk yang tidak tersedia tersebut, tak ada batang akar pun jadi, kata pepatah yang sering kita dengar. Tak ada kerupuk, simit pun jadi! Simit. Simit sendiri apaan sih? Mungkin kebanyakan dari readers sekalian yang belum pernah ke Turki pasti gak tau apa yang namanya simit. Simit itu sejenis cemilan yang sangat tersebat dan sangat mudah ditemui di segala tempat. Dijual dari mulai di café sampai di gerobak abang-abang di pinggir jalan. Mungkin kalau di Indonesia mah, gorengan ya? Bentuknya bulat seperti donat, hanya saja versi jumbo, bertabur wijen, dan berwarna kecoklatan. Jujur sih saya gak begitu suka simit, masih lebih enak acma. Eh kok malah curhat. Maaf maaf. Hehehe…
Nah, di perlombaan makan simit ini, seperti halnya kerupuk simit-simit tersebut digantung di tambang sesuai dengan selera peserta lomba. Tidak hanya to’ simit seperti itu. Simit nya itu dilumuri oleh coklat-coklat mancaaappp. Coklat Turki kan enak-enak. Nah, lumuran coklat tersebut adalah siksaan bagi para peserta lomba, kenapa siksaan? Karena para peserta yang gigih menghabiskan simit akan berakhir dengan belepotan coklat di wajahnya. Hahaha… saya selaku penonton cuma bisa jadi supporter dan tertawa.

Perlombaan lainnya adalah lomba balap kelereng. Saya turut mengambil andil dalam perlombaan ini. Ya, tidak lain tidak bukan, saya adalah salah satu peserta dari perlombaan balap kelereng yang hal ihwalnya diramaikan oleh para anak kecil sampai remaja, ini malah ramai oleh para ibu-ibu penuh semangat juang yang tak kalah dengan anak remaja era sekarang.
Saya, salah satu dari dua mahasiswi yang mengikuti perlombaan ini, merasa memiliki kesempatan lebih untuk menang sehingga merasa tertantang. Peluit ditiup kencang, tanda perlombaan dimulai. Semua orang yang menggiring kelereng diujung lekuk sendok yang ditaruh di mulut mencoba berlari saling mendahului. Pertandingan singkat itupun berakhir dengan dimenangkan oleh seorang ibu muda nan lincah. Begitu saya keluar track lomba balap kelereng sayup-sayup terdengar beberapa orang saling berbisik. Tak lama kemudian beberapa pemuda menghampiri saya, lalu berkata dengan lancarnya, “Masa’ kalah sama ibu-ibu sih wits, semangat pemuda nya mana?”, candanya. Saya tahu mereka hanya bercanda. Mungkin keseimbangan yang dipadukan dengan kecepatan bukanlah keahlianku. “Let’s try another luck in the another chance!”, senyum dikulum iringi ujaranku didalam hati.
Lomba Volley! “Ah, saya tidak tertarik sama sekali nih sama volley.”, itulah yang terbesit didalam pikiranku pada awalnya. Mengapa? Sejujurnya, saya seringkali mencoba olahraga yang dominannya mengandalkan kemampuan tangan. Namun selalu berakhir dengan rasa nyeri di kedua tangan, dan tidak berminat untuk memainkannya lagi. Hingga akhirnya, hari ini membuat pemikiran saya untuk volley berubah. Menonton pertandingan volley sangatlah menyenangkan! Sungguh! Ditambah pemain-pemainnya yang sangat enerjik dan berkualitas. Terlihat sangat jelas kalau mereka ada orang-orang berpengalaman dalam permainan volley ini. sorak sorai terdengar riuh rendah terdengar di aula Wisma Duta saat itu. Tak hanya pemainnya yang heboh, supporter nya pun tidak kalah heboh. Para supporter mendukung tim kesayangannya masing-masing. Begitupun dengan saya, saya menjagokan tim yang saya anggap jago, umumnya sih tim yang berisikan mahasiswa/i. Benar-benar, menjadi supporter pun cukup melelahkan namun sangat menyenangkan, meneriakkan yel-yel yang secara spontan diciptakan oleh tim yang bermain merupakan bagian terkeren yang saya lakukan. Apalagi saat memasuki babak final yang diselenggarakan di keesokan harinya, membuat degup jantung dan teriakan bercampur aduk jadi satu. Dan kedua tim yang berhasil bertahan sampai babak final itu adalah yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa dan tim lainnya adalah yang terdiri atas bapak-bapak yang berasal dari atase pertahanan RI untuk Ankara, Turkey. Detik-detik menegangkan terlewat begitu saja. Pertandingan volley tahun ini berakhir dengan dimenangkan oleh bapak-bapak. Sungguh permainan yang sangat mengesankan. Supeeeerrrrrrr!
Pertandingan bulutangkis. Permainan olahraga yang menggunakan bola berbulu ayam ini tak kalah menarik dibandingan dengan pertandingan-pertandingan lainnya juga looh. Sistem pertandingan bulutangkis kali ini adalah ganda. Setelah pengundian nama di’fix’asi, nama-nama peserta yang telah berpasangan dituliskan ke sebuah bagan pertandingan, demi memudahkan mengontrol permainan. Saya yang mendapatkan pasangan pemain teh Nenden diawal pertandingan sudah diharuskan menghadapi ibu Kedubes untuk Turki bersama pasangan gandanya. Seketika itu pula saya dilanda dilema, sebagian mahasiswa samar-samar berbisik, “Witsqa, pokoknya harus menang! Tunjukkin semangat pemuda nya, ya..”, namun sebahagian ibu-ibu yang terduduk di pinggir lapangan pertandingan mengatakan, “Wits, ngalah sama bu Dubes, ntar di deportasi loh kalau gak ngalah..”. Saya hanya pasrah, mengikuti aliran permainan, namun harapan untuk menunjukkan semangat muda saya lebih besar, sehingga motivasi saya untuk berusaha memenangkan pertandingan meningkat. Jika beralih ke lapangan pasangan ganda putra, terlihat lebih menarik, enerjik, dan karismatik (maaf, agak di-lebay-in!). Wussssshh…shuttlecock yang melayang di udara menggemakan suara yang terbentur dengan raket masing-masing pemain. Terlihat lebih sportif, dan…….seperti pertandingan bulutangkis nasional yang sesungguhnya. Woooow. Masha Allah. Namun, jangan salah, meskipun ganda putri terlihat lebih lemah gemulai, ada yang seorang superwomen yang benar-benar eye-catched. Pada saat pertandingan final berlangsung antara tim saya dan tim lawan saya. Tim lawan, yang salah satunya merupakan ibu rumah tangga dan memiliki kira-kira batita, ketika ia bertanding, tiba-tiba saja anaknya menangis minta gendong. Singkat cerita, segala upaya telah dilakukan hingga akhirnya sang ibu bertanding bulutangkis sembari menggendong anaknya di punggung. How cool, isn’t it?



Lomba Gaple. Wuaduh! Berkali saya mendengar nama permainan ini namun tak yakin saya bisa memenangkannya. Terasa sangat asing bagi saya sehingga saya tidak berminat sama sekali untuk mengikuti perlombaan tersebut. Hehehe…peace buat para panitia nya :P tetapi setelah melihat orang memainkan permainan ini, barulah muncul rasa penasaran saya. “Telaaaaat banget sih wits.”, ujar saya dalam hati.
Tarik tambang. Lomba yang mengandalkan kerja sama kelompok ini memang sungguh menyenangkan. Perempuan melawan perempuan dan laki-laki melawan laki-laki (tentunya). Untuk regu perempuan dibagi menjadi dua kelompok, sedangkan regu laki-laki yang kuantitasnya terlihat lebih membludak dibandingkan regu perempuan dibagi menjadi tiga kelompok. Pertarungan sengit antara kelompok-kelompok yang bertanding, memeriahkan acara di lapangan hijau outdoor tersebut. Meskipun pada awalnya kami berusaha sekuat tenaga untuk menaklukan grup lawan. Tak dapat dipungkiri kalau sesame peserta itu sangatlah rukun.
Lomba tenis meja. Lomba yang paling tidak menarik sedikitpun perhatian saya (pada awalnya), tidak lain tidak bukan karena saya tidak dapat memainkan olahraga tersebut. Namun semakin dilihat ternyata permainan lomba ini sepertinya asyik. Dan membuat saya bertekad, sebelum pulang ke Indonesia empat tahun lagi, saya harus bisa memainkan olahraga tenis meja J Biar bisa menang kalau bertanding melawan ayah, hehehe..
Lomba Ketangkasan. Sejujurnya saya sangat ingin mengikuti lomba yang terkesan dibuat secara mendadak ini (yang pada kenyataannya, sudah menjadi tradisi setiap tahun bahwa lomba ini selalu dilaksanakan yang diprakarsai oleh Atase Pertahanan). Namun dikarenakan ketika berlomba di lomba ini kita seolah berperang mengalahkan waktu, ditambah kita hanya akan berdiri sendiri dan dipandang oleh banyak mata, membuat saya mengurungkan niat saya untuk berpartisipasi di lomba tersebut.
Ready............
Set..................GO!!!!!!!!!!!
 Begitulah hari-hari penuh tawa ceria dan suka bahagia yang saya lewati dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia. Sangat menyenangkan. Feel like home. Dan sejenak membuat saya lupa akan homesick yang akhir-akhir ini sedang meradang. Barakallah… Sizinle güzel günlerce geçirdigimizden çok teÅŸekkür etmek istiyorum. Allah razi olsun.


Thanks to: Keluarga Indonesia di Ankara J

Terima Kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Kritik dan saran bisa dilampirkan J
Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan, karena tujuan saya hanya ingin sharing pengalaman.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Untuk kritik dan sarannya mohon dilampirkan dibawah ini.... Terima Kasih

Search in This Blog

Pesan untuk Penulis

Name

Email *

Message *

Another Blog

Tulisan Terbaru!

Witsqa Masak: Yumurtali Patates

DISCLAIMER!  Witsqa Masak merupakan kumpulan resep yang terhitung berhasil untuk dipraktekkan oleh saya. Sumber resepnya sendiri bisa berasa...